Saat ini saya mengajar di SMPN 164 Jl. Dharma Putra Raya No. 10, Kompleks Kostrad Tanah Kusir Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Sejak pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mencanangkan diberlakukannya Kurikulum Merdeka, secara bertahap sekolah tempat saya bertugas ini mulai menerapkan kurikulum tersebut dari kelas 7. Peserta didik kelas 7 terdiri dari 8 rombongan belajar. Setiap rombongan belajar terdiri dari 36 peserta didik.
Para guru dan orang tua murid menyambut baik dengan diberlakukannya kurikulum ini. Saya pribadi sangat antusias dan meyakini bahwa kurikulum ini merupakan solusi untuk mengatasi “learning loss” pasca pandemi Covid -19 yang melanda negeri ini.
Di dalam buku “Quantum Quotient” karangan Ir. Agus Nggermanto penulis pernah membacanya bahwa Bateson menyatakan terdapat empat level pembelajaran. Level pertama adalah pembelajaran tentang obyek, yaitu bagaimana sesuatu beradaptasi. Level kedua adalah pembelajaran tentang bagaimana cara belajar. Level ketiga adalah belajar mengubah paradigma. Level keempat adalah belajar tentang bagaimana pandangan dunia terhadap alam semesta ini.
Namanya juga kurikulum baru, berbagai kendala kami hadapi di lapangan. Namun dengan berkolaborasi dengan sesama guru dan berbagai sekolah kendala tersebut perlahan tapi pasti dapat kami atasi. Sejak melaksanakan kurikulum merdeka ini setidaknya sudah 2 kali SMPN 164 melaksanakan proyek. Proyek pertama bertema kebinekaan sedangkan proyek kedua bertema kewirausahaan. Pada bulan Maret ini akan melaksanakan proyek ketiga dengan tema kearifan lokal.
”Ternyata asyik juga pembelajaran dengan kurikulum merdeka ini ya, Kay?”
”Iya betul. Gue jadi lebih bersemangat.” Nin
”Mama aku aja seneng banget dengan proyek ini.”
”Apa kata mama kamu?”
”Kurikulum merdeka bikin pembelajaran jadi berkualitas.”
”Mama aku juga seneng, nih aku sampai disewain baju adat.”