Selasa pagi. Jam di ruang guru menunjuk pada angka 10.00 WIB. Guru piket membunyikan bel. Ratusan peserta didik kelas 7 menuju aula lantai dasar. Para guru wali kelas mendampingi.
Proyek 1 dengan tema "Kebinekaan" telah berjalan lancar bahkan dihadiri Wali Kota Jakarta Selatan Bapak Munjirin, M.Si. Proyek 2 dengan tema "Kewirausahaan" juga berjalan lancar dan dihadiri oleh orang tua murid yang menyemut di halaman sekolah ketika selebrasi proyek berlangsung. Sementara itu proyek 3 dengan tema "Kearifan Lokal" hingga saat ini masih dalam tahap persiapan.
Bu Suci, ketua komite sekolah bertanya, "Apa sih Pak pembelajaran berbasis proyek itu?" Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode, pendekatan, strategi pembelajaran dalam kurikulum merdeka yang memanfaatkan pembuatan proyek sebagai kegiatan dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis proyek peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Tampak dalam foto, Ustadz Hanafi Prima sebagai ketua proyek 3 di dampingi Bu Ifah menjelaskan tahapan-tahapan pada proyek 3 dengan tema kearifan lokal tersebut. Sementara itu ratusan peserta didik duduk lesehan di aula beralaskan marmer warna putih bersih.
Sesekali Bu Ifah menjelaskan tahapan proyek via screen. Peserta didik tetap tenang duduk rapi di atas keramik warna putih bersih sambil mendengarkan penjelasan Ustadz Hanafi Prima dan Bu Ifah. Di barisan depan peserta didik laki-laki dapat dengan jelas melihat dan membaca tayangan yang ditampilkan via screen.
Di bagian belakang duduk anak perempuan dan para guru yang mendampingi. Peserta didik diposisikan pada barusan depan dengan harapan mereka tidak mengobrol ketika guru menjelaskan langkah-langkah dan materi proyek.
Mama Bella bertanya, "Pak, Bu mohon dijelaskan kepada kami tentang kearifan lokal berikut contoh-contohnya?" Tim proyek menjawab, "Kearifan lokal merupakan budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal acap kali diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi melalui cerita dari mulut ke mulut."
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat ketika masyarakat lokal yang mewarnainya mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan mewarisi pengetahuan secara turun temurun, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dan budaya lokal.
Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku bangsa ini tentu mempunyai kearifan lokal yang beragam