Lihat ke Halaman Asli

Sukma Widari

undergraduate student

Sambut Malam Lailatul Qadar: Menilik Tradisi "Saji Maleman" Keraton Kasepuhan

Diperbarui: 24 April 2022   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat saat melepas iringan kraman yang mengantarkan gerbong maleman di Keraton Kasepuhan Sumber: TribunNews

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang hanya ada pada bulan suci Ramadan dan juga sangat istimewa bagi umat Islam. Pasalnya malam ini diyakini 1.000 malaikat akan turun ke bumi untuk memberi rakhmat dari Allah SWT. Selain itu, pada malam tersebut Allah SWT pertama kali menurunkan wahyu berupa ayat-ayat Alquran kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Oleh karena itu, umat muslim berbondong-bondong untuk mendapatkan pahala ganda dari malam Lailatul Qadar.

Keraton Kasepuhan merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Jawa Barat yang terkenal dengan berbagai tradisinya, salah satunya yaitu tradisi untuk menyambut malam Lailatul Qadar yang disebut dengan "Saji Maleman" . Tradisi ini merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan setiap malam di tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Prosesi lainnya yaitu "Jamasan Gerbong Maleman", tradisi ini dilakukan untuk melengkapi serangkaian acara tradisi.

Bahan ukup sebagai pengharum ruangan disimpan dalam guci dan mangkuk. Sumber: Ayocirebon.com

Tradisi ini dilakukan mulai dari pagi hari diawali dengan menyiapkan lilin, delepak, minyak, kelapa, dan ukup. Delapak merupakan lampu minyak yang terbuat dari piring tanah kemudian diberi sumbu kecil yang terbuat dari kapas, setelah iu dinyalakan menggunakan minyak kelapa. Selain itu, ukup berbentuk kayu-kayuan yang memancarkan aroma wangi alami campuran dari cendana, dewandaru, rumput teki, dan akar wangi yang dicacah lalu disangrai dengan gula merah. 

Keempat barang ini memiliki fungsinya masing-masing, di antaranya ukup bekerja sebagai pengharum ruangan, setelah itu delepak dan lilin dinyalakan sebagai penerang. Untuk membuat "Saji Semalem" tidak ada peraturan siapa saja yang boleh membuat, akan tetapi harus dalam keadaan suci. Makna saji maleman sendiri yaitu untuk menyambut malam Lailatul Qadar harus dalam keadaan suci, bersih, dan wangi.

Rangkaian berikutnya, saji maleman dimasukkan ke dalam tandu kemudian ditutup menggunakan kain polos berwarna kuning. Saji Maleman dibawa oleh dua orang kemit dan penjaga makam Sunan Gunung Jati dengan cara digotong. Cara lain membawa saji maleman dengan dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang terbuat dari kayu dan dibawa selayaknya menggendong anak.

Guci dan mangkuk keramik berusia sekitar 700 tahun. Sumber: Ayocirebon.com

Jamasan Gerbong Maleman merupakan ritual pencucian Pusaka Keraton yang digunakan untuk melengkapi rangkaian malam Lailatul Qadar di keraton. Gerbong merupakan kotak yang dipakai untuk memuat peralatan yang diperuntukkan pada pelaksanaan prosesi Saji Maleman di makam Sunan Gunung Jati dan Sultan Sepuh XIII. Beberapa benda pusaka yang dicuci terdiri dari gerbong, peti dari papan, guci  mangkuk keramik, dan botol untuk diisi minyak kelapa. Guci dan mangkuk keramik digunakan untuk tempat ukup dan kapas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline