Lihat ke Halaman Asli

Jum'at Tanggal 13 (Bukan) Tanggal Sial

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13264730791827565546

[caption id="attachment_163604" align="aligncenter" width="580" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Hari ini, Jum'at, jatuh pada tanggal 13. Tanggal ini menimbulkan ketakutan bagi sejumlah orang yang (masih) percaya takhayul. Isador Coriat, psikiater asal Amerika, mengistilahkan ketakutan ini dengan sebutan "paraskevidekatriaphobia" atau "friggatriskaidekaphobia". Banyak mitos yang berkembang tentang "kesialan" tanggal tersebut, yang turut dipopulerkan dalam media, seperti film "Friday the 13th" yang (beserta sejumlah sequel filmnya). Angka 13 telah lama dianggap sebagai "angka sial" di dunia Barat. Namun, apabila dipadukan dengan hari Jum'at, yakni Jum'at tanggal 13, takhayul ini relatif "modern", yakni baru muncul pada abad ke-19. Ada sejumlah teori yang mencari alasan mengapa tanggal tersebut begitu ditakuti. Diantaranya, angka 12 dipandang sebagai angka yang "utuh", misalnya: 12 jam, 12 suku Israel, 12 murid Yesus, 12 Imam Syi'ah, dan sebagainya, sehingga 13 dianggap sebagai "ketidakteraturan". Selain itu, dunia Barat juga menganggap Jumat sebagai "hari sial". Ketakutan pada Jumat tanggal 13 ini ternyata berdampak pada kehidupan sosial ekonomi, bahkan di dunia modern ini. Stress Management Center and Phobia Institute memperkirakan 17-21 juta orang di AS terpengaruh akan ketakutan pada tanggal tersebut. Saking takutnya, sebagian dari mereka menghindari rutinitas dalam bekerja, melakukan perjalanan, atau sekedar bangun dari tempat tidur! Secara ekonomi, diperkirakan terdapat kerugian 800-900 juta dolar AS pada tanggal tersebut. Hal tersebut secara statistik justru membawa dampak pada berkurangnya angka kecelakaan dan kebakaran, karena (mungkin) orang memilih tinggal di rumah dan menghindari aktivitas di luar. Di Indonesia, fenomena fobia terhadap Jum'at tanggal 13, tidak begitu populer. Namun, sebagian masyarakat Jawa mengenal istilah "geblake mbahe", yakni keyakinan bahwa pada hari (dan pasaran) kematian kakek (leluhur) dianggap "tabu" untuk melakukan aktivitas dan bepergian. Takhayul tetap takhayul, yang sudah barang tentu tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline