Lihat ke Halaman Asli

Akhir Pekan di Kontrakan

Diperbarui: 9 November 2024   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Akhir pekan mungkin bagi banyak orang adalah waktu untuk melarikan diri sejenak dari tuntutan pekerjaan, momen untuk melepas segala penat yang terkumpul selama hari-hari yang penuh kesibukan. Namun, bagi sebagian dari kita, akhir pekan justru bisa menjadi waktu terbaik untuk meresapi ketenangan, sebuah kesempatan untuk berkumpul dengan diri sendiri di tengah keheningan yang kerap sulit dijangkau saat hari-hari sibuk. 

Seperti yang saya rasakan pekan ini, tinggal di sebuah kontrakan kecil di sudut kota, memilih untuk tidak kembali ke rumah untuk akhir pekan ini bukanlah hal yang mudah dan juga bukan berarti saya tidak merindukan mereka. Terkadang hidup menghadirkan pilihan-pilihan yang harus diambil dengan bijak. 

Mengutip Sren Kierkegaard, filsuf asal Denmark, "Hidup hanya bisa dipahami mundur, tetapi harus dijalani maju." Setiap pilihan yang sudah dibuat akan mengiringi langkah saya ke depan, dan melalui pilihan-pilihan ini, seseorang dapat menemukan makna yang lebih dalam---melalui jarak, melalui keheningan, bahkan melalui kesendirian yang sementara.


Kontrakan saya memang kecil, namun semakin bertambah dewasa ternyata sekecil apapun ruangan tersebut jika malam itu mampu menjadikan tempat saya merenung untuk melepas penat setelah lima hari bekerja rasanya tidak ada yang salah. Bahkan mungkin saya cenderung menyukai ruang pribadi lebih kecil ini dibandingkan yang luas namun membuat perasaan saya mudah merasa kosong. 

Di tengah malam, ketika saya duduk di depan televisi, ditemani secangkir kopi hangat dan sebatang rokok yang membara perlahan, saya menyadari betapa nikmatnya keheningan yang melingkupi malam dan sepertinya sudah berapa malam terlewatkan sepanjang hidup hanya untuk sekedar santai sejenak seperti malam ini. Entahlah saya juga lupa.


Berlanjut kembali ke kamar dan membuka browser lantas mengarah ke Google Keep dimana tersimpan rangkaian tulisan saya yang mungkin masih sebatas konsep hingga menjadi tulisan yang bisa dinikmati saat ini. 

Berangsur untuk mulai mencari ide-ide yang pernah saya catat dalam bentuk serpihan pikiran, gagasan-gagasan yang tersimpan begitu lama. Begitu banyak ide datang dan pergi dalam pikiran saya, belum sempat terealisasi dalam tulisan yang sebenarnya. Ide-ide tersebut seperti sekadar berdiam di sana, menunggu waktu yang tepat untuk kembali muncul dan berkembang. 

Sebagaimana Albert Camus, penulis asal Prancis, pernah berkata, "Kreativitas muncul dari tempat yang dalam, di mana ia bertarung dengan keheningan." Dan dalam ruang kontrakan yang sunyi ini, saya perlahan mulai menemukan kembali titik terang atau mungkin inspirasi entah dari mana untuk meniatkan kembali menulis.


Mungkin akhir pekan ini adalah hadiah sederhana yang bisa saya berikan untuk diri sendiri. Waktu yang saya nikmati seorang diri tanpa adanya interupsi dengan mencoba untuk memberikan kesempatan kepada diri menikmati saat ini, bersama secangkir kopi yang perlahan saya teguk, atau artikel-artikel menarik yang bisa saya baca dengan santai. Ternyata, kebahagiaan kecil seperti ini cukup untuk menyalakan kembali keinginan menulis yang sempat padam. 

Seneca, filsuf dari Romawi kuno, pernah berkata, "Betapa bodohnya orang-orang yang sibuk, dalam kegilaan mereka selalu mencari sesuatu yang entah apa." Sering kali kita begitu sibuk mengejar hal-hal besar sampai lupa bahwa keindahan kecil di sekitar justru adalah elemen yang paling mengisi jiwa kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline