Lihat ke Halaman Asli

Wicaksana Adi

Penulis Pemula

Percaya atau Tidak! "Konsistensi" Pangkal Keberhasilan

Diperbarui: 24 November 2019   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjadi seorang pribadi yang konsisten memang tidak mudah, banyak sekali diluar sana hal -- hal yang mempengaruhi pemikiran kita, sehingga kita yang awalnya bulat dengan ambisi kita menjadi berfikir untuk kedua kali dan malah menjadi tidak bersemangat. Terdapat 7 CIri Pribadi yang Konsisten

1). Selalu melakukan hal yang harus dia lakukan berulang -- ulang

Seseorang yang konsisten selalu memiliki prinsip untuk mempertahankan citra dan atau kualitas dirinya walaupun itu menuntutnya untuk melakukan hal yang sama berulang -- ulang. Misalkan saja di suatu hari suatu toko kue memproduksi kue yang rasanya sangat enak, namun dihari berikutnya kualitas dan rasanya malah berkurang, ini lah yang disebut dengan tidak konsisten atau inconsistency.

2). Menjaga kualitas

Sama halnya dengan alasan pertama, pribadi yang konsisten lebih memilih untuk menjaga kualitas dibandingkan menaikan kuantitas namun menurunkan kualitas. Misalkan seperti contoh toko kue diatas, misalkan toko tersebut memproduksi kue sebanyak 50 buah dengan rasa yang enak, dan untuk menjaga konsistensinya toko tersebut harus bisa memproduksi seminimalnya 50 buah kue dihari berikutnya dengan kulitas yang sama.

3). Tidak berpaku pada imbalan atau konsekuensi

Pribadi yang konsisten selalu berusaha untuk tidak berpaku pada imbalan atau konsekuensi, biasanya pribadi yang konsisten lebih memilih untuk melakukan proses dengan sebaik -- baiknya dibandingkan dengan hanya mengharapkan imbalan atau konsekuensi dari proses yang dilakukan. Konsistensi menyebabkan seseorang mampu melakukan suatu hal yang berulang -- ulang dengan kualitas yang tidak berkurang.

4). Terkontol namun tetap maju

Menjadi pribadi yang konsisten mengharuskan seseorang tidak hanya mampu melakukan suatu hal yang sama berulang -- ulang dengan kualitas yang sama namun pengertian konsistensi tidak akan bernilai jika hal tersebut dilakukan dengan metode atau cara yang tidak lebih baik dengan cara lain yang sedang atau sudah dikembangkan.

Misalkan toko kue tersebut sudah berdiri sejak 30 tahun namun prosuksi nya tidak juga berubah dan tetap dengan kuantitas dan pasar yang sama, walaupun hal ini baik namun dikemudian hari pasti akan menjadi tak bernilai karena akan ada kompetitior yang akan ikut memasuki pasar dan merebut semua konsumen yang sudah dikumpulkan dengan susah payah oleh pabrik kue pertama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline