Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Ashidiqi

Content Writer

Senja dan Kamu

Diperbarui: 8 Januari 2025   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto senja oleh Brittany (www.pexels.com)

Gila sih, dingin banget hari ini! Padahal baru jam lima sore, tapi udara di puncak udah kayak kulkas dua pintu. Untung gue udah siapin jaket tebel sama sarung tangan. Sambil nungguin rombongan anak kampus yang lain dateng, gue duduk di pinggir tebing, nyeduh kopi sasetan, maklum anak kosan.

Asap tipis mengepul dari cangkir plastik, aroma kopi instan murah bercampur bau tanah basah dan kayu bakar. Pemandangan di depan gue? Beuh, jangan ditanya! Gradasi warna oranye, ungu, merah muda di langit luas. Matahari kayak bola api raksasa yang pelan-pelan turun di balik gunung. Keren banget!

Tiba-tiba, "Hai! Boleh gabung?"

Gue noleh. Cewek, manis, senyumnya ramah banget. Rambutnya dikuncir kuda, sebagian jatuh di pipi. Pakai jaket jeans belel dan celana cargo. Tipikal cewek-cewek petualang nih, kayaknya.

"Eh, boleh-boleh. Silakan," jawab gue, agak gugup.

Dia duduk di sebelah gue, ngeluarin termos dan dua cangkir gelas dari ranselnya. "Mau teh? Gue bawa beberapa nih."

"Wah, boleh banget. Makasih ya," kata gue.

Sambil nyeruput teh hangat, kita ngobrol ngalor-ngidul. Ternyata dia anak fakultas sebelah, namanya Luna. Hobi naik gunung dan fotografi. Pantesan bawa kamera gede gitu.

"Lo suka motret sunset juga?" tanya gue.

"Banget! Menurut gue, senja itu waktu paling romantis. Langitnya dramatis, cahayanya bikin semuanya keliatan indah," jawab Luna, matanya berbinar-binar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline