Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Ashidiqi

Content Writer

Kenangan Abadi

Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.pexels.com

Kematian ayahku, sebuah momen yang akan selalu membekas dalam ingatanku. Bagaimana aku bisa melupakan detik itu? Rasanya seakan-akan dunia berhenti berputar sejenak, dan aku terperangkap dalam kehampaan yang mendalam.

Kisah ini dimulai pada suatu pagi yang cerah. Aku terbangun dengan semangat seperti biasa, siap untuk menghadapi hari yang baru. Namun, ketika aku turun ke bawah, aku merasakan atmosfir yang aneh di rumah. Suasana tegang mencekam udara, seolah-olah ada sesuatu yang tidak beres.

Aku melihat ibuku duduk di ruang tamu dengan mata yang merah dan wajah yang pucat. Tatapan mata kami bertemu, dan di dalam ekspresi matanya, aku bisa membaca berita yang tidak ingin aku dengar. Tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun, aku tahu bahwa ayah telah meninggalkan kita untuk selamanya.

Rasanya seakan-akan seluruh dunia tiba-tiba runtuh di atasku. Aku merasakan rasa kehilangan yang begitu dalam. Ayahku, sosok yang selalu tegar, tiba-tiba telah tiada. Aku duduk di sebelah ibuku, merasakan kehampaan yang tak bisa terlukiskan dengan kata-kata.

Saat hari pemakaman tiba, langit kelabu seperti mencerminkan perasaan hatiku. Aku mengenakan setelan hitam yang terasa begitu berat di tubuhku. Setiap langkah menuju makam ayah terasa seperti beban yang semakin berat di pundakku. Aku berusaha menenangkan diri dengan mengingat semua momen indah yang pernah kami lalui bersama.

Ketika aku berdiri di samping liang kubur ayah, banyak kenangan datang melintas dalam pikiranku. Kenangan tentang bagaimana ayah selalu membantuku mengatasi tantangan hidup, bagaimana dia selalu tersenyum meski menghadapi kesulitan, dan bagaimana suaranya terdengar saat ia membacakan dongeng sebelum tidur. Semua momen itu seperti gambar-gambar yang hidup dalam ingatanku.

Setelah pemakaman, rumah terasa sepi. Suara tawanya yang biasa mengisi ruangan itu sekarang hanya ada dalam kenangan. Aku merasa seperti ada bagian dari diriku yang hilang bersamanya. Setiap sudut rumah, setiap benda, semuanya mengingatkan aku pada sosok ayah yang tak akan pernah kembali.

Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai menyadari bahwa walaupun telah tiada, kenangan tentang ayah akan selalu ada di hatiku. Aku mengambil album foto lama, melihat senyum ayah di setiap halaman. Aku menyadari bahwa momen-momen yang kami lewati bersama adalah harta yang tak ternilai. Dan meskipun aku merindukan kehadirannya, aku merasa beruntung telah memiliki seorang ayah yang begitu peduli dan penuh kasih sayang.

Aku memutuskan untuk mengenang ayah dengan melakukan hal-hal yang selalu ingin dia lakukan. Aku kembali belajar bermain gitar, seperti yang selalu ayah ajarkan padaku. Aku juga memulai usaha kecil-kecilan yang selalu menjadi mimpinya. Dalam setiap langkah yang aku ambil, aku merasakan kehadiran dan dorongan dari sosok ayahku.

Momen kematian ayahku, meskipun menyakitkan, mengajarkanku banyak hal tentang hidup. Aku belajar untuk menghargai setiap momen yang kita miliki dengan orang-orang tercinta, karena kita tidak pernah tahu kapan momen itu akan berakhir. Aku juga belajar bahwa meskipun fisiknya telah pergi, cinta dan kenangan ayah akan tetap hidup selamanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline