Pada awalnya otaku merupakan istilah yang digunakan oleh orang Jepang untuk merujuk kepada mereka yang terobsesi pada hal-hal tertentu, akan tetapi pada saat ini istilah tersebut secara khusus merujuk kepada para penggemar manga dan anime. Seiring berjalnya waktu, istilah otaku tidak hanya merujuk kepada Warga Negara Jepang, melainkan kepada penggemar anime secara umum.
Terlebih lagi dengan populernya beberapa film anime yang tayang di bioskop secara internasional semakin mendoorong persebaran budaya otaku secara internasional. Tidak hanya mendorong persebaran budaya Jepang, fenomena ini juga mendorong perekonomian negara Jepang. Selain itu fenomena ini juga dapat menjadi ajang interaksi antarindividu secara internasional.
Budaya otaku sendiri sudah tersebar luas secara internasional dan tidak hanya terbatas di Jepang saja. Hal ini didorong oleh proses globalisasi dan media sosial yang memberikan hype terutama terhadap beberapa anime maupun manga yang dianggap berkualitas.
Contohnya adalah larisnya film anime Kimetsu no Yaiba: Mugen Ressha-hen dan Jujutsu Kaisen 0 di bioskop secara internasional. Serial manga seperti Boku no Hero Academia dan Shingeki no Kyojin juga memiliki pengikut setia secara internasional.
Selain manga dan anme, yang merupakan standar umum seorang otaku, terdapat juga sekelompok penyanyi yang dikenal sebagai utaite yang cukup terkenal di kalangan masyarakat dunia. Lagu karya mereka dianggap cukup menarik bagi kalangan muda. Terdapat juga Virtual Youtuber atau vtuber, yang sama seperti utaite berusaha menyembunykan wajah asli mereka.
Mereka menyiarkan kegiatan mereka terutama ketika bermain gim. Kedua pihak diatas juga dianggap membantu mendorong persebaran budaya otaku secara internasional.
Ketika dibandingkan dengan budaya Indonesia, budaya Indonesia juga memiliki potensi untuk go international, meskipun kebanyakan budaya indonesia bersifat tradisional. Budaya tradisional seperti wayang dan kain batik sudah mendapatkan pengakuan secara internasional. Sebenarnya masih banyak budaya Indonesia yang memiliki peluang untuk mencapai ketenaran internasional.
Budaya seperti tari saman, reog ponorogo, dan lagu-lagu daerah memiliki kesempatan tersebut. Akan tetapi kakunya aturan mengenai budaya-budaya yang diterapkan untuk menghormati budaya itu sendiri menjadikanya kurang menarik bagi penggemar internasional. Dengan demikian diharapkan budaya indonesia dapat mengalami modernisasi tanpa meninggalkan esensi didalamnya. Hal ini tentunya dengan tujuan untuk mendorong internasionalisasi budaya Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H