Lihat ke Halaman Asli

Diperjuangkan

Diperbarui: 13 Oktober 2016   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta butuh perjuangan. Mencintai wanita itu mesti diperjuangkan karena wanita pada dasarnya senang dicintai. Pasif. Dipilih. Dikejar. Dilamar. Dinikahi (dan dinafkahi tentunya). Wanita bisa mencintai karena terbiasa. Terbiasa bersama, terbiasa akrab, terbiasa bertemu orang itu-itu saja. Kebiasaan yang menciptakan kehilangan ketika keberadaannya absen. Kebiasaan yang menumbulkan ketergantungan. Kebiasaan yang menjadikan kenyamanan. Kebiasaan yang melahirkan benih-benih cinta. Witing tresno jalaran soko nggelibet.

Terlepas dari apapun pemicu hubungan tersebut, entah berawal dari nitip dibelikan sate ayam, atau makan siang bareng, atau sering ngobrol di kubikel soal pekerjaan, ternyata cinta saja tidak cukup. Ada yang namanya komitmen. Cinta itu soal perasaan, sedangkan komitmen itu tanggung jawab. Rasionalisasi perasaan agar tetap waras, sebab sering cinta bikin orang jadi gila. Komitmen adalah tanda kedewasaan, kewarasan, yang membedakan manusia dengan hewan. Yang mendasari pasangan untuk melangsungkan pernikahan, bukan sekedar pernyataan saling menyayangi atau hidup bersama dalam ikatan cinta (semenleven). Komitmen mengakibatkan hubungan jangka panjang, sekalipun sang cinta telah musnah dan pindah ke lain hati. Ada anak, hak asuh anak, hak waris, harta gono gini, kewajiban menafkahi, ada nasab keluarga, silaturahmi, dan seterusnya. Rumit.

Itulah mengapa puncak dari mencintai seseorang adalah ketika sang lelaki berhasil membawa wanitanya menuju pernikahan. Dan puncak harga diri wanita adalah ketika dia dicintai dan dinikahi oleh lelaki yang dia juga sayang. Mencintai dengan waras. Perasaan dan rasio beriringan berjalan, bukan cinta buta yang emosional.

Ada wanita yang dicintai laki-laki beristeri. Komitmen tertinggi yang bisa diberikan sang lelaki adalah menikahinya secara sirri. Disimpan, agar jangan sampai ketahuan isteri pertama dan tidak ada bukti catatan dokumen resmi negara. Cukup Tuhan dan keluarga yang tahu. Romantis kedengarannya, tapi itu sama saja merendahkan harga diri wanitanya. Sok bertanggung jawab tapi cemen. Komitmen semu. asal tahu saja, saya tidak selalu memandang rendah pernikahan sirri yang tidak tercatat oleh negara, asal dilakukan bukan untuk tujuan negatif. Karena alasan biaya misalnya, atau memang buta hukum.

Ada wanita yang dicintai oleh pria yang salah di waktu yang salah pula. Wanita dicintai dengan sepenuh hati namun sang pria memilih menikahi perempuan lain, kembali pada kekasih lamanya karena komitmen dan tanggung jawab yang melekat lebih dulu. Apes. Bertemu dengan pria seperti ini ibarat sudah jatuh kepleset masuk gorong-gorong pula. Susah keluarnya, terjebak semakin dalam dan entah kapan ada jalan tembus ke atas yang bisa membebaskan. Cinta yang menjerat. Seolah-oleh memiliki komitmen indah tapi sama kutukupret-nya. Sang pria pantas ditinggalkan, karena dia pun bisa meninggalkan wanita yang dia bilang paling disayang. Jangan sambut uluran tangannya, sebab dia tak sepenuhnya akan membantu. Dia hanya menawarkan harapan palsu. Janji semu. Mengikatmu agar tak pergi tapi dia sendiri berkomitmen kepada perempuan yang dinikahinya. Menggantungkan semua pada takdir ilahi padahal keputusan ada di tangannya ketika dia harus memilih. Jika bertemu pria seperti ini, maka jawab saja: "biar Tuhan yang menentukan apa yang terjadi ke depan", jangan lupa sambil berlalu pergi. Jangan menghabiskan waktu menunggu pria ini.

Ada wanita yang diperjuangkan setengah mati cintanya padahal terhalang restu orang tua, juga keyakinan aqidah. Terlepas bagaimana kompromi yang dilakukan pada akhirnya, dua macam halangan ini adalah yang paling terjal dan keras. Menghantam kekuatan hubungan, apakah komitmennya sampai mengantarkan pada pernikahan yang direstui dengan baik, atau berakhir dengan kawin lari yang penuh drama. Apabila sampai berakhir dalam pernikahan, lelakinya pasti pejuang tangguh, apalagi jika sampai menarik sang wanita berakidah sama dengannya.

Bagaimana dengan kisah cintamu.. seberapa tangguh sang lelaki memperjuangkan cintanya bersamamu??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline