Lihat ke Halaman Asli

Mega Talahatu

Guru #socialstudies

"Gagne's 9 Levels of Learning" dan Refleksi KBM Guru.

Diperbarui: 17 Oktober 2021   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Whitney Mega Priskila Talahatu

Robert M. Gagne memiliki teori pembelajaran yang masih diterapkan hingga masa kini dalam dunia Pendidikan. Pemikirannya sering dikenal dengan "Asumsi Gagne". Ia adalah seorang psikolog yang berfokus pada pendidikan Amerika masa itu. Ia sering melakukan penelitian dalam bidang ilmu perilaku manusia, fase, tipe dan hirarki belajar. Tergambar dari perjalanan hidupnya Gagne sangat tertarik mempelajari hal baru, Ia mengembangkan sistem pelatihan untuk pilot Angkatan udara juga pelopor dalam menerapkan teknologi baru dalam pendidikan seperti penggunaan komputer dan konten multimedia.

Robert M. Gagne percaya bahwa pengetahuan harus digunakan untuk meringankan beban orang lain. Pengetahuan sendiri tercipta karena keterkaitan seseorang dengan lingkungan tempat ia menemukan dirinya belajar. Dengan demikian, lingkungan mampu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, tutur kata dan paradigm. Tujuan Psikolog Amerika ini yaitu untuk memahami proses belajar dengan merancang program pengajaran efektif yang nantinya akan kita kenal dengan "Gagne's Nine Levels of Learning".

Sembilan tahapan belajar ini merupakan strategi pembelajaran dalam bentuk langkah atau tahapan proses yang harus dilakukan oleh pengajar. Langkah-langkah belajar ini dikategorikan berdasarkan peristiwa belajar, kemampuan belajar dan berbagi pengetahuan. Sembilan level ini tidak dapat diacak, dikurangi,dan diganti serta perlu dilakukan dalam sekali tatap muka.

Tahapan dalam 9 Langkah pembelajaran menurut Gagne, adalah sebagai berikut:

  1. Upaya menarik perhatian siswa untuk menumbuhkan minat dan memfokuskan perhatian siswa
  2. Menyampaikan informasi mengenai tujuan dari kegiatan belajar
  3. Melakukan review pelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya
  4. Menyampaikan materi-materi pembelajaran
  5. Memberikan kepada siswa arahan dan petunjuk pembelajaran
  6. Memberikan stimulus untuk mentrigger siswa tergugah mau memberikan respon
  7. Memberikan umpan balik atau penguatan; dapat berupa apresiasi atas pekerjaan yang diberikan kepada siswa
  8. Melakukan evaluasi pembelajaran
  9. dan, memperkuat retensi proses pembelajaran.

Setelah memahami dengan seksama teori ini dapat direfleksikan, bahwa ; pemikiran brilliant Gagne tidak dapat diragukan lagi. Ia dapat membuat sebuah tahapan yang sangat sempurna sehingga jika diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar dapat pastikan akan meningkatkan pemahaman siswa dari segi kognitif dan behavioristiknya. Sebagai pengajar diminta untuk lebih kreatif dan merencanakan secara matang sebelum menerapkan sembilan langkah inii.

Saya sendiri selama mengajar di jenjang menengah pertama belum pernah menerapkan sembilan langkah ini dalam satu kali tatap muka. Tetapi setelah saya telusuri dari rencana pembelajaran yang sudah dilewati beberapa tahun lalu. Saya teringat akan pembelajaran laring tahun 2017, di kelas kami membuat sebuah project scrap book. Saya sebagai guru menuntun siswa dan memberikan penguatan setiap kali memberikan arahan. 

Memastikan siswa menangkap informasi dan hal yang disampaikan dapat membuat anak- anak berpikir kritis. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan baru.  Dari pengalaman ini, saya membutuhkan dua kali pertemuan tatap muka, di antaranya langkah 1  - 7 dilaksanakan dalam pertemuan pertama. Langkah 8 - 9 dilakukan dalam pertemuan kedua. Evaluasi pembelajaran diterapkan dengan pengerjaan post test dan siswa diminta mengisi jurnal pribadi. Dalam memperkuat retensi proses pembelajaran, saya meminta siswa untuk mengisi lembar refleksi.

Menurut saya sembilan langkah pembelajaran ini dapat kita lakukan walaupun waktu terbatas. Hanya saja perlu diseimbangi dengan materi yang tidak terlalu padat. Dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, yang mengutamakan proses berpikir kritis dan analisis pasti dapat diterapkan dalam satu atau dua pertemuan.

Kesimpulan dari refleksi ini, saya diingatkan kembali untuk tetap berusaha merancang kegiatan belajar mengajar dengan matang dan tidak hanya terhenti pada transfer ilmu. Lebih daripada itu adalah dengan memberikan waktu kepada siswa berpikir lebih dalam dan menegaskan materi yang ada di dalam keseharian mereka. Hal ini akan membantu siswa merasakan keberhasilan sendiri karena menguasai hal baru yang bermanfaat dan dapat tersimpan di dalam long term memory mereka. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline