Lihat ke Halaman Asli

Bianca M. Utomo

Puitis Dan Romantis

Kebun Peony Mama

Diperbarui: 23 Juni 2016   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap sore di kebun kami , Mama kerap merawat dan menyiram tanaman Peony-nya

Aku dan Sam adik laki-lakiku duduk di ujung tangga dekat pintu belakang sambil minum susu dan makan kue-kue , ditemani boneka kelinciku , Cici . Mama sangat senang berkebun . Kebun kami terbagi dua , yaitu kebun sayur dan kebun bunga . Mama tidak harus report ke tukang sayur atau supermarket , karena bila panen hasil kebun melimpah .

            Kami tinggal di kota kecil yang sejuk, Vanilla Sky , karenanya tanaman kami pun berkembang dengan subur . Entah bagaimana cara Mama memelihara tanaman yang ada , tapi kadang dia mengajak tanaman bunga dan sayur berbicara . Sambil menggemburkan tanah, Mama bersenandung merdu . Entah kenapa dia selalu kelihatan cantik pada sore hari , Atau mungkin karena matahari tersenyum padanya . Yang selalu kuingat adalah bau badannya yang segar . Aroma tanah , dedaunan dan wangi bunga yang samar namun kuat .

            Bunga yang paling disukai Mama adalah Peony . Bunya itu serupa kubis .... bila mekar , kuntumnya bagai sutra lembut berwarna warni .Merah muda , Putih , Ungu dan Jingga . Kuntum-kuntum kecil itu terlihat berderet cantik di sore hari apalagi setelah disiram oleh Mama , embun yang tertinggal di pagi dan sore hari terlihat bagai berlian di tengah-tengah tumpukan kain sutra .

Demikianlah pemandangan itu selalu aku lihat sampai 15 tahun yang lalu lewat  . Kepergian Mama karena kanker payudara , merengut setengah dari jiwa keluarga kami . Papa yang paling kehilangan , karena nya , kami memutuskan untuk pindah rumah dan menjualnya ke developer Real Estate di kota itu.

20 Tahun kemudian , aku kembali ke kota kecil ini . OK , diriku adalah wanita karir ,arsitek sukses .Tapi entah kenapa hatiku beku bagaikan es , semenjak Mama pergi . Sepertinya keadaan memaksaku untuk keras . Maka selama 20 tahun , Salju dan Es mendiami hatiku . Aku hanya berusaha sekuat tenaga merawat Papa dan Sam, adikku satu-satunya . Mereka yang membuat aku tetap ingin bernafas dan mengeraskan hati seperti Gunung Salju .Dan Aku memutuskan untuk mengunjungi rumah mungil kami yang dulu . Harap-harap cemas , kucari –cari informasi dari penduduk Kota tentang rumah kami .

Puji Tuhan , rumah kami masih ada !!!!

Kata orang-orang sudah lima tahun ini rumah itu ditinggalkan oleh pemiliknya yang terakhir . Aku langsung masuk , dan melihat-lihat keadaan rumah . Masih seperti yang dulu . Tetapi rumah itu kumuh dan kotor . Aku hampir menangis melihat kebunnya .... penuh ilalang dan rumput liar ... :’(

Aku berjanji ... demi kenangan akan Mama akan kubangun kembali kebun dan rumahnya

Aku kemudian kembali ke Hotel , sambil mengusap air mata yang tumpah . Kemudian setelah tiba di Coffee Shop . Aku memesan Waffle Ham , Scramble egg  dan Segelas Orange Juice . Ledakan emosi memang bisa membuat seseorang makan lebih banyak ... #sight#

“Ma ... aku kembali lagi ......”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline