Lihat ke Halaman Asli

Anwar

Seorang yang tidak akan pernah menyerah untuk terus menulis

Bunga Lain (3)

Diperbarui: 18 November 2017   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di pagi hari yang cerah, Alex tergesa-gesa menemui Meisyi, sang wanita idamannya. Ia tersenyum dan tangannya menunjukkan selembar surat dari Pengadilan Agama. Meisyi menyambar surat yang dilayangkan Alex kepadanya. Ia segera membaca isi surat itu. Surat resmi dari Pengadilan Agama bahwa Alex dan Hilda telah resmi berpisah. Tetapi kemudian, wajah Alex tampak sedikit muram.

"Kenapa mas, kok jadi muram gitu ?" Tanya Meisyi.

Aku ga bisa bawa anak-anak. Hak asuh jatuh ke tangan Hilda, Mei.." Jawab Alex lesu.

Meisyi menarik napas dalam dan segera menghampiri Alex, seraya katanya ; "Tak apa mas, kita bisa menyayangi dan menengok anak-anak saat musim libur nanti.." Alex mengangguk dan menyahut  ; "Ya, kau benar Mei..."

"Mas,  ayo cari makan diluar !" Ajak Meisyi kepada Alex dan Alex segera menyambut ajakan Meisyi dengan antusias. "Ayo...". Sambutnya.

Tak lama kemudian, mereka telah menyusuri jalanan Bandung yang sudah mulai dipadati berbagai macam kendaraan. Dengan mengendarai sedan mini milik  Meisyi, Alex mengarahkan mobilnya menuju kawasan Lembang. Alex ingin mencari suasana sejuk untuk sekedar melepaskan penat dan menyegarkan kembali hati dan pikirannya serta menghindari hiruk pikuknya suasana kota.

Sampai di Maribaya, Alex sengaja mengarahkan mobilnya menuju kebun bunga, sebuah taman kecil yang indah dipenuhi berbagai macam bunga. Meisyi tak begitu menghiraukan, ke mana Alex hendak membawanya. Ia merasa bahagia jika Alex berada disisinya. Dan ketika turun dari mobil, ia segera menghampiri Alex dan menggandeng tangannya. Mereka langsung menuju loket masuk dan memesan tiket untuk 2 orang.

Sambil berjalan-jalan menikmati indahnya aneka ragam bunga, Mereka mengobrol ringan dan sesekali Meisyi tertawa ceikikan. Meisyi mengajak Alex untuk duduk di bangku taman dan melanjutkan percakapan ringan mereka. Meisyi mulai mengalihkan percakapan ke arah yang lebih seius.

" Mas, kapan kamu mau melamarku ?" Tanya Meisyi.

"Aku juga sudah memikirkan hal itu, Mei. Tapi tolong tunggu saatnya, ya !"

"Ya, kapan kira-kira mas mau berkunjung ke orang tuaku ?" Desak meisyi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline