Lihat ke Halaman Asli

Kisah Dari Madura

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari sudut kamal kau melilit jagat

Antara langit dan angkasa kau tegak gagah

Menjadi dunia menjadi bangsa dan menjadi madura

Dihatiku

Dan di jiwa jiwa yang memilikimu

Disetiap langkah kau selalu ada

Di setiap nafas kau selalu mewarnai

Dalam derap kisah kisah kau selalu indah dan membuatnya semakin indah

Kau tak pernah menyanyikan kasta

Jika malam menjadi berahmana pagipun boleh saja menjadi sudra

Meski angin angin berhembus keras membuat lagumu sumbang

Kau tetap riang menikmati syair yang kau pahat di pucuk daun “Pelembang”

Bukan pendeta yang kau sembah

seperti lycurgus yang dipuja kaum sparta

Dan kau bukanlah pemuja dan pemeluk taklid bisu

Seperti yang di teriakkan dalam khutbah khutbah para bhiksu

Hanya sejarah dan tradisi indah yang kau bungkus dalam kerangka Humanitas

“al muhafadzatu lilqadimis shalih wal akhdzu liljadiidil ashlah”

*******

Darimu ku belajar menghargai

Darimu ku belajar menghormati

Bukan karena kau punyak lilitan tasbih zambrut yang elok mengerlok

Dan kau gunakan menghitung jumlah dzikir yang bening mengalir

Bukan hanya karena kau selalu anggun dengan sarung melilit

Dan kitab kitab tebal yang kau sebut gundul karena memang tidak berambut

Tapi dalam sepi dalam sunyi

Kulihat kau selalu menangis hingga airmatamu mambatu

Resahmu gundahmu mengajariku dua puluh delapan huruf

Yang selalu iingin ku baca setiap saat

Dan selalu terlitas meski dalam kawah darurat

Bukan suara yang kudengar bukan nyanyian yang ku hafal

Seperti Rhetorica yang dijadikan pembuka Olempiade Athena

Tapi tangan lembut dan tutur tutur agung penuh tenaga

Yang selalu ku temukan jujur dalam setiap tingkah

Bukan pena..

Bukan buku..

Bukan teori seperti lagu lagu kaum Sofist

Tapi hidupmu telah menjadi Kamus yang selalu ku buka

Tapi hidupmu telah menjadi ruasan akhlak

Yang ku rangkum dalam jilid jilid kehidupan

********

Maduraku

Letakmu sangat tepat sekali

Ditengah langit di ujung matahari

Dalam malam jika ku duduk di teras

Yang ku tatap hanya bias rembulan bersinar menawan di balik karnafal awan

******

Saat ku buka lembar lembar lain

Dalam sedalam tajamnya Celurit

Masuk menusuk ranah budaya dan adat

Ku Terlelap dalam kulener

Aroma sate dan soto kian semerbak menebar di kaki langit

........

Bersambung......To be continued.

(alie whafa )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline