Dewasa ini banyak generasi muda yang sangat mendambakan pekerjaan sebagai seorang enterpreneur. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya, pelatihan – pelatihan menjadi enterpreneur sukses dan slogan – slogan lainnya serta ajakan dari pemerntah sendiri.
Apakah itu salah? Tentu saja tidak. Menjadi seorang enterpreneur adalah salah satu pekerjaan yang mulia. Kenapa saya berkata seperti itu? Karena dengan menjadi seorang enterpreneur, maka anda telah membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang.
Tetapi, yang sedikit saya mau kritisi disini adalah pandangan kebanyakan orang, kalau dikatakan sukses adalah seorang enterpreneur, tanpa memperdlikan apapun pendidikan yang telah ditempuh orang tersebut sebelumnya.
Contohnya ada celotehan seseorang di social media, yang berkata “the best engineer should become enterpreneur“. Jadi kalau belum punya bisnis sendiri, dianggap belum dianggap sukses. Padahal banyak profesional baik itu seorangengineer atau apa pun, yang bekerja sesuai dengan bidang nya, punya pengalaman yang banyak, keahlian yang sudah luar biasa tetapi masih menjadi karyawan di perusahaan dan belum punya bisnis sendiri dianggap kalah “sukses” dengan yang sudah punya bisnis dengan penghasilan yang lebih banyak. Dan jika dibandingkan dengan orang yang tidak lulus kuliah, tetapi punya usaha warung nasi dengn omset 20 juta per bulan, langsung membuat kebanyakan orang kagum.
Jadilah banyak generasi muda yang kelihatan menggampangkan pendidikan yang dia dalami, yang penting bisa punya bisnis dan uangnya banyak. Dan yang menempuh pendidikan dalam bidang engineer tetapi kurang motivasi dalam belajar akan mengatakan Bill Gates saja, tidak lulus kuliah tetapi bisa membangun perusahaan sebesar microsoft.
Padahal jauh sebelum itu semua, ada banyak orang – orang hebat seperti Charles Babbage, Issac Newton danilmuwan lainnya yang telah meletakkan landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan mereka menghabiskan sebagian besar hidup mereka hanya untuk hal tersebut, dan tidak menjadi orang kaya. Kemudian, apakah lantas kita dapat mengatakan orang – orang tersebut tidak sukses.
Jadilah banyak generasi muda yang berpikir kalau mau keren itu harus punya banyak uang, dan cara paling cepat mendapatkannya adalah dengan menjadienterpreneur. Sehingga terbentuklah suatu masyarakat yang sangat mendewakan para enterpreneur, hal ini pun terus terbawa hingga pada level pejabat negara. Dimana banyak pejabat negara punya bisnis sendiri, dan untuk memudahkan bisnis, mereka malah menyalahgunakan kekuasaan yang mereka miliki, seperti yang terjadi pada kebanyakan koruptor di negeri ini.
Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi pandangan masyarakat yang terlalu men-’dewa’-kan enterpreneur tersebut. Terlebih lagi bagi seorang mahasiswa, yang biasanya galau dengan prestasi akademiknya kemudian terlintas di pikirannya, “buat apa belajar serius banget di kampus, toh ada kakak angkatan yang tidak lulus kuliah, tetapi sukses buka warung makan dan jadi orang kaya”. Padahal hal tersebut terjadi pada satu dari sekian banyak mahasiswa yang tidak lulus tetapi pekerjaannya malah tidak jelas.
Jadi, untuk para mahasiswa, jadilah kita menjadi seorang yang ahli / spesialis di bidang kita masing-masing. Ukuran kesuksesan bukan dilihat dari seberapa besar penghasilannya dalam sebulan, tetapi dari hasil capaian di bidang pekerjaan masing-masing. Bayangkan jika negara ini nantinya diisi oleh orang – orang yang hanya tau berdagang dibandingkan dengan diisi oleh orang – orang yang ahli di dalam bidangnya masing-masing. Tentunya landasan ilmu dan pendidikan yang baik di suatu populasi masyarakat, akan menghasilkan produk – produk yang luar biasa yang kedepannya akan mempermudah jalan bagi dunia ‘enterpreneur’ nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H