Lihat ke Halaman Asli

Lima Gaya Pengasuhan Anak yang Mendatangkan Masalah

Diperbarui: 23 Juli 2015   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Tak terhitung berapa banyak orangtua yang telah hadir dalam ruang konseling saya. Pada umumnya, ketika mereka datang berpasangan, permasalahan yang ada menyangkut anak-anak. Masalah yang terjadi dalam diri anak-anak seringkali terkait dengan gaya pengasuhan anak yang dilakukan oleh orangtua tersebut. Saya ingin memaparkan beberapa corak gaya pengasuhan anak yang seringkali mendatangkan masalah. Saya akan memberikan nama tersendiri untuk masing-masing gaya tersebut untuk mempermudah pembahasan. 

 

Hajar sampai Belajar

Gaya pengasuhan ini sederhana sekali. Gunakan kekerasan baik secara fisik atau lewat kata-kata sampai anak belajar sesuatu. Asumsinya adalah anak-anak tidak akan terdorong untuk berubah perilakunya sampai ada hukuman yang secara langsung dan nyata mengenai diri mereka. Dalam gaya pengasuhan seperti ini orang tua menempatkan diri sebagai sosok yang berotoritas dan penuntut. Anak-anak seperti peserta pelatihan yang harus didorong dengan pelbagai cara agar serius belajar. Pukulan dan makian adalah senjata utama dalam gaya pengasuhan seperti ini. Hasilnya? Tentu saja ada anak-anak yang berhasil lewat gaya pengasuhan ini, walaupun luka hati dapat saja muncul di sana-sini. Akibatnya relasi dengan orang tua terhambat dengan luka-luka yang ada.

 

Delegasi pada Permaisuri

Gaya pengasuhan anak ini hendak membagi tugas ayah dan ibu di rumah. Ayah bekerja mencari nafkah, dan ibu mengasuh anak-anak di rumah. Ayah adalah figur sumber keuangan, sementara itu ibu adalah sumber kasih sayang. Ayah seperti raja yang terlalu sibuk dengan banyak hal, yang menyerahkan pendidikan anak kepada permaisurinya, yakni: ibu. Konsekuensinya jelas: interaksi anak dan ibu akan berlangsung intensif, sementara interaksi anak dan ahli tidak akan berlangsung optimal. Dalam gaya pengasuhan anak seperti ini, seringkali anak “terpaksa” berurusan dengan sang ayah, ketika ibu angkat tangan. Perilaku yang menyebabkan anak dapat memandang ayah sebagai sosok yang keras, sementara pada umumnya ibu dilihat sebagai sosok yang penuh kasih. Tak heran dalam pola pengasuhan seperti ini secara emosional anak akan dekat dengan ibu, namun berjarak dengan sang ayah.

 

Alih Daya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline