Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Mereka Benyanyi Dihadapan Eksekusi Mati?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1430363018885939994

[caption id="attachment_363589" align="aligncenter" width="560" caption="Hukuman Mati (sumber tribunnews)"][/caption]

"Mengapa mereka bernyanyi di hadapan eksekusi mati, Pak Pendeta?"  demikian bunyi sebuah pesan di inbox akun facebook saya.  "Apakah Pak Pendeta tahu laguAmazing Graceyang mereka nyanyikan di hadapan para eksekutor yang mengarahkan senjata api pada mereka?"

Beberapa pemberitaan media massa di dalam dan luar negeri mengisahkan tentang para terpidana mati yang bersama-sama menyanyikan laguAmazing Gracedan dilanjutkan dengan laguBless the Lord O My Soul.Dengan mata tetap terbuka mereka menyanyikan lagu ini hingga senjata api menyalak dan kematian pun menjemput.

Mengapa mereka bernyanyi di hadapan hukuman mati?  Saya tidak tahu pasti.  Saya tak pernah bersentuhan langsung dengan para terpidana mati ini.   Saya hanya membaca kesaksian dari rohaniwan yang mendampingi dan dari sesama narapidana yang pernah menjadi rekan Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.  Hidup duobali nineberubah dalam perjumpaan dengan Yesus Kristus selama dalam penjara.  Di media online ada banyak kisah tentang para terpidana mati ini, khususnya Andrew Chan.  Ada sebuah percakapan menarik yang dirilis oleh situs dailytelegraph :

Rothfield:How do you handle ur situation. I couldn’t sleep if it was me. (Bagaimana kamu mengatasi situasi ini.  Saya tidak dapat tidur jika ada dalam situasi seperti itu.)

Chan:Honestly Jesus. Basically 10 years ago I was going to kill myself. Something happened, something I never believed in my whole entire life. That there is a God and he existed and he is real.(Sejujurnya Yesus.  Pada dasarnya 10 tahun yang lalu saya akan bunuh diri.  Sesuatu terjadi, sesuatu yang tidak pernah saya percayai seumur hidup saya.  Ada Tuhan dan Ia ada dan Ia nyata)

Mengapa mereka bernyanyi di hadapan hukuman mati?  Bagi Andrew Chan mungkin itu adalah nyanyian proklamasi imannya.  Penemuannya di dalam penjara bahwa Allah bukan sekadar ada, tetapi nyata kasih-Nya melalui Yesus Kristus.  Kesadaran akan kehadiran Allah yang telah menopang dan mengubahkan hidup Andrew Chan selama sepuluh tahun ada di penjara.  Perubahan yang disaksikan sesama tahanan dan para penjaga penjara.

Chris Makin, seorang penulis untuk biblesociety.org,  yang  berkesempatan mengunjungi Andrew Chan dalam penjara Kerobokan, Bali menulis : “Currently Andrew leads the Christian church inside Kerobokan prison. From preaching to worship leading, pastoring to evangelism, he uses his days in service of the Lord. To ensure the longevity of the ministry in the prison, Andrew is training leaders to carry on the work of the Lord in Kerobokan.”  (Saat ini Andrew memimpin gereja Kristen di dalam penjara Kerobokan.  Dari berkhotbah sampai memimpin pujian, menggembalakan sampai menginjili, ia menggunakan hari-harinya untuk melayani Tuhan.  Untuk memastikan keberlangsungan pelayanan dalam penjara, Andrew melatih para pemimpin untuk melanjutkan pekerjaan Tuhan di Kerobokan).

Dalam sebuah wawancara yang dimuat sebuah media, Andrew Chan mengungkapkan pergumulannya setelah mendengar berita bahwa ia dijatuhi hukuman mati.  “When I got back to my cell, I said, ‘God, I asked you to set me free, not kill me.’ God spoke to me and said, ‘Andrew, I have set you free from the inside out, I have given you life!’  From that moment on I haven’t stopped worshipping Him. I had never sung before, never led worship, until Jesus set me free”   (Ketika saya kembali ke dalam sel penjara, saya berkata,’ Tuhan, saya meminta untuk membebaskan saya,  bukan membunuh saya.’  Tuhan berbicara kepada saya,’ Andrew,  Aku tela membebaskanmu dari dalam keluar, Aku telah memberikanmu hidup!’  Dari saat itu, saya tidak pernah berhenti memuji-Nya.  Saya tidak pernah bernyanyi sebelumnya,  tidak pernah memimpin pujian, sampai Yesus membebaskan saya.”

Nyanyian adalah ekspresi pengalaman iman.  Bukankah di hadapan kematian tak ada bekal apapun yang dapat kita bawa selain dari iman? Iman yang menggerakkan hati dan bibir untuk bernyanyi dan memuji-Nya bahkan di hadapan hukuman mati.

Mengapa mereka bernyanyi Amazing Grace di hadapan eksekusi mati?  Amazing Grace adalah sebuah lagu pujian populer ratusan tahun dalam komunitas Kristen.  Kekuatan lagu ini barangkali terkait dengan pengalaman bersama sebagai orang percaya : di dalam kesalahan dan keberdosaan, kasih karunia Allah itu nyata.  Lagu ini ditulis oleh John Newton (1725–1807), seorang penjual budak, penjudi dan pemabuk yang menyadari kebesaran kasih karunia Allah di dalam hidupnya.  Setelah pertobatannya, dalam jatuh bangun kehidupan imannya, Newton akhirnya memutuskan untuk melayani Tuhan sebagai pendeta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline