Pagi itu Minggu,12 Juni 2022, Ita, Novi, Ani dan beberapa anak dari Rumah Baca Kakita, Kota Jambi bergembira ria naik pick up bak terbuka. Tujuan mereka adalah Desa Jambi Tulo yang terletak di Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Meskipun cuaca sedikit panas dan mereka duduk berdesakan, itu tak mengurangi semangat serta kegembiraan mereka semua. Sepanjang perjalanan itu mereka asik bercerita satu sama lain sembari menikmati angin sepoi dan pemandangan di kiri- kanan jalan. Tak terasa mereka pun telah sampai ke tempat tujuan.
Mereka pun turun dari pick up dan bergegas untuk berbaur bersama pengurus Taman Sakat Lebung Panjang, anak-anak Taman Baca Atap Rumbe, pendongeng dari Kampung Dongeng Seloko, jurnalis, musisi indie dan seniman, serta sejumlah pegiat literasi Provinsi Jambi.
Minggu pagi itu adalah hari istimewa karena acara makan merawang digelar di Taman Sakat Lebung Panjang. Tidak hanya acara makan merawang saja, namun sejumlah acara sebelum makan merawang juga digelar untuk meramaikan suasana, seperti dongeng, permainan tradisional, musik tradisi gambang Jambi Tulo, musik kontemporer, menanam pohon dan diakhiri dengan makan merawang.
Taman Sakat Lebung Panjang sendiri merupakan taman seluas tiga hektar yang difungsikan sebagai tempat konservasi berbagai jenis anggrek yang ada di Jambi. Taman ini didirikan secara swadaya oleh komunitas Gerakan Muarojambi Bersakat yang ada di Desa Jambi Tulo. Pada akhirnya, eksistensi taman ini dan Gerakan Muarojambi Bersakat tidak hanya mengenai konservasi anggrek, tetapi juga telah merambah pada pelestarian budaya. Seni gambang tradisi Jambi Tulo merupakan salah satu objek budaya yang mereka lestarikan, disamping kearifan lokal kopi air nira atau yang lebih dikenal dengan kopi tuak dan tarian kreasi.
Pada salah satu sudut yang asri di dalam taman tersebut didirikan juga Taman Baca Atap Rumbe. Letak taman baca ini di atas kolam berukuran sedang. Satu bilik bambu beratapkan rumbia serupa dengan dangau yang biasa ada di tengah sawah dibangun di atas kolam tersebut. Bilik ini lah yang menampung buku-buku dan aktifitas literasi anak-anak taman baca. Taman baca ini didirikan sebagai upaya mengedukasi anak-anak yang ada di Desa Jambi Tulo tentang literasi terhadap alam, budaya dan pengetahuan lain yang diperlukan.
Acara makan merawang digelar terbuka pada area Taman Sakat Lebung Panjang yang memang difungsikan sebagai area berkumpul dan menggelar acara. Pada area tersebut terdapat gazebo berukuran besar yang juga difungsikan sebagai panggung pertunjukkan jika ada acara. Gazebo tersebut dikelilingi halaman berumput hijau yang sangat luas dan juga pohon-pohon kelapa sawit. Pada salah satu sisi area ini terdapat kanal air memanjang yang mengelilingi pulau tempat konservasi anggrek.
Ita, Novi dan Ani serta anak-anak Rumah Baca Kakita pun larut pada keseruan acara sebelum makan merawang. Mereka tampak menikmati acara dan suasana. Kopi air nira yang dihidangkan juga turut mereka cicipi dan menambah kesegaran tubuh mereka.
Pada acara puncak makan merawang, mereka berbaur bersama pengunjung yang hadir untuk menikmati hidangan makan merawang yang tersedia. Nasi serta lauk-pauk sengaja mereka bawa untuk acara makan merawang tersebut dan saling mereka pertukarkan dengan pengunjung acara makan merawang. Jadi lah mereka saling cicip nasi dan lauk-pauk, serta saling bersenda gurau dalam suasana yang akrab, guyub di acara makan merawang tersebut.
Makan Merawang
Makan merawang atau ada juga yang menyebutnya dengan makan berawang merupakan tradisi masyarakat melayu Jambi yang jika dilihat sekilas menyerupai kegiatan piknik bersama di alam terbuka. Menurut Adi, pendiri dan pengurus Gerakan Muarojambi Bersakat, makan merawang tidak sama dengan piknik, meskipun arti merawang adalah makan di alam terbuka.
" Makan merawang memiliki tujuan khusus yang sarat filosofi dan muatan kearifan lokal. Tradisi ini merupakan upaya untuk menjalin silahturahmi dan saling berbagi tidak hanya dengan sesama manusia, namun juga dengan alam. Silahturahmi dengan sesama manusia karena mengumpulkan orang ramai agar guyub, rukun dan akrab. Silahturahmi dengan alam karena tradisi ini dilakukan di alam terbuka untuk lebih dekat mencintai dan memaknai alam sekitar. Saling berbagi dengan sesama manusia itu jelas, karena pada tradisi ini setiap yang terlibat makan merawang berbagi nasi dan lauk-pauk. Pada alam, kita memiliki kebiasaan berbagi yang telah lama dilakukan, yaitu ketika ada makanan sisa, maka makanan tersebut dilemparkan ke tanah, sungai dan juga batang pohon dengan tujuan untuk memberi makan semua hewan yang terdapat di alam, seperti cacing, semut, serangga dan lain-lain," terang Adi.