Lihat ke Halaman Asli

Di Kala Generasi Penerus Terbelenggu Rokok

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernah lihat iklan rokok? ‘Baik baik saja’ atau ‘Tidak ada yang salah’ itulah yang mungkin kita pikirkan ketika melihan billboardbillboard rokok di jalan. Ya, karna memang iklan – iklan tersebut tidak menjurus ke hal – hal negative, hanya tulisan kecil kurang dari 10% lahan billboard yang menunjukkan hal negative dari iklan rokok. Memang produsen rokok sangat pintar dalam membuat iklan, merekan membuat barang adiktif ini menjadi suatu hal yang tidak perlu dihindari dan terkesan keren. Tidak heran bahwa hasil survey memperlihatkan bahwa rata – rata seseorang memulai untuk merokok pada usia kurang dari 19 tahun, miris memang.

Generasi muda perokok

Di saat bangsa kita sedang terpuruk seperti ini, para generasi muda malah terkesan asyik dengan hal negatif ini, merokok menjadi hal yang wajib untuk masuk ke dalam sebuah pergaulan, mereokok menjadi sarana seseorang untuk membuktikan kualitas dirinya, dan rokok menjadibenda halal yang dikonsumsi ketika seseorang mendambakan ketenangan pikiran.

Kenyataannya? Rokok adalah benda perusak tubuh yang membuat sesorang ketagihan karna kandungan nikotin nya, benda perusak kondisi ekonomi masyarakat miskin dikala mereka mencari pelarian dari keras nya hidup, benda perusak masa depan seorang remaja yang sebenarnya dapat memberikan perubahan berarti untuk bangsa dan Negara nya.

Bagaimana saya dapat menyalahkan rokok sampai seperti itu? Hasil survey membuktikan bahwa mayoritas penduduk dewasa Indonesia tidak merokok. Tahun 2001, penduduk dewasa di Indonesia yang merokok berjumlah sekitar 31,5 %, dapat dibayangkan, sisa nya adalah generasi masa depan bangsa yang terbelenggu dalam lingkar setan rokok.

Belum lagi besarnya konsumen rokok dari anak tingkat SD, betapa miris nya keadaan tersebut mengingat visi dan misi pemerintah yang begitu apik-nya ketika melihat realita nya hanyalah anak putus sekolah karna rokok.

Peranan pemerintah

Seringkali kita mendengar tentang kampanye penaikkan pajak rokok, bahkan WHO pun telah membuat suatu badan yang mengampanyekan gerakan tersebut, sebut saja MPOWER. MPOWER adalah singkatan dari monitoring (pemantauan penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahan), protect (melindungi rakyat dari dampak tembakau), offer help (memberikan pertolongan terhadap mereka yang ingin berhenti merokok), warn (ingatkan tentang bahaya tembakau), dan raise tobacco tax (naikkan cukai tembakau).

Namun, pemerintah masih enggan untuk merealisasikannya, mereka lebih ingin menikmati dana Rp 16,5 triliun dari cukai tembakau, ketimbang dana Rp 127,7 triliun yang dihabiskan masyarakat miskin untuk biaya yang dibelanjakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang berkaitan dengan rokok dalam setahun.

Mereka berkilah dengan mengatakan bahwa menaikkan pajak rokok akan berdampak buruk kepada kondisi ekonomi di Indonesia, meningakatkan tingkat penyelundupan tembakau, padahal sekitar 88 % perokok Indonesia menghisap rokok kretek produksi dalam negeri hingga peningkatan pajak tidak akan banyak bersinggungan dengan kegiatan penyelundupan.

Hal itu sebenarnya menunjukkan sifat ‘maling’ mereka, seharusnya jika sudah tahu tentang adanya penyelundupan seperti itu, mereka lebih tegas memberikan sanksi hukum kepada pelakunya. Ya! tentu saja mereka tidak bisa, karna maling – maling tersebut berasal dari orang – orang pemerintahan itu sendiri, miris!

Bahkan survey menunjukkan bahwa di Indonesia, diperkirakan seorang perokok yang berpendapatan rendah mengeluarkan uang sekitar Rp 939.240 tiap tahunnya untuk rokok. Padahal uang dengan jumlah yang tergolong besar ini dapat digunakan untuk membeli kebutuhan pokok lainnya, seperti membeli sembako, biaya anak sekolah, sampai peningkatan kualitas kesehatan. Dengan demikian, dalam jangka panjang, penurunan jumlah perokok akan memberikan keuntungan ekonomi.

Jadi, mau tunggu apalagi untuk berhenti merokok dan mengampanyekan anti rokok, kalau bukan kita siapa lagi? Mulai lah dengan diri sendiri, keluarga dan orang – orang sekitar!

Esensi esai bertema rokok ini saya tulis untuk memenuhi tugas OKK FKM, dan juga sebagai upaya kecil saya untuk memajukan generasi penerus bangsa. (wenna)

Daftar Pustaka:

: http://www.iniunik.web.id/2011/05/merokok-atau-mati-fakta-dan-mitos.html#ixzz2bWh5hotx




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline