Lihat ke Halaman Asli

Menuju Indonesia Tanpa Plagiarisme

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Plagiarisme. Satu kata penuh makna. Satu kata yang sangat identik dengan hal negatif. Satu kata, yang jika kita mendengarnya, menandakan bahwa suatu kegiatan sentimental telah terjadi.

Namun sebenarnya, tanpa kita sadari, di sekolah, di kantor, bahkan di kehidupan sehari – hari kita, secara tidak sengaja kita telah melakukan kegiatan plagiat, tanpa sadar kita telah menjadi plagiator!

Apa buktinya? Pernahkah kita menasihati seorang teman dengan sebuah kata mutiara tanpa menyebutkan pencetus nya? Pasti pernah, walaupun kondisi nya agak berbeda. Sadarkah kita bahwa kegiatan tersebut sudah termasuk plagiarisme? Menurut Id.wikipedia.org plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Dan kegiatan – kegiatan yang termasuk plagiarisme antara lain:


  • Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
  • Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
  • Mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri
  • Mengakui karya kelompok sebagai kepunyaan atau hasil sendiri,
  • Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal-usulnya
  • Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya, dan
  • Meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, tetapi rangkaian kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya.

Dewasa ini sering kita dengar banyak siswa SD mengerjakan tugas makalah yang diberikan oleh guru mereka, sering kali mereka mengambil bahan makalah tersebut dari internet, maupun LKS. Tetapi jarang sekali siswa SD mencantumkan sumber bahan makalah tersebut, sebenarnya bukan niat mereka untuk sengaja menjadi plagiator cilik. Namun, ketidaktahuan mereka lah yang membuat mereka menjadi plagiator cilik. Seharusnya, para guru di tingkat sekolah dasar (SD) sudah membiasakan mereka untuk mencantumkan sumber atas segala apa yang bukan hasil karya atau pemikiran mereka sendiri. Karna jika dibiasakan dari sejak dini, maka hal tersebut akan terbiasa dan membudaya pada setiap siswa.

Belum lagi plagiator intelektual atau biasa kita sebut mahasiswa. Banyak mahasiswa tidak atau sengaja untuk menjadi plagiator, berbagai macam alasan dijadikan argumen untuk menghalalkan kegiatan hina tersebut. Seharusnya mahasiswa atau generasi muda menjadi jiwa yang produktif. Produktif dalam melahirkan ide – ide baru. Produktif dalam menghasilkan inovasi baru. Dan produktif dalam segala hal.

Namun bagaimana kah kenyataannya di lapangan? Sangat banyak kasus plagiarisme makalah, karya tulis, maupun skripsi. Ya! Skripsi! Skripsi yang seharusnya menjadi wadah pemikiran mahasiswa setelah menempuh pendidikan sarjana. Skripsi yang seharusnya menjadi tempat konsep maupun ide intelektual para pejuang muda tergores. Sekejap menjadi barang bukti di meja hijau karena sang empu nya ide menuntut atas ide nya yang telah di sabotase. Bahkan tidak tanggung – tanggung. Pelakunya banyak dari kalangan petinggi negara, bahkan wakil – wakil rakyat yang menempuh pendidikan hanya untuk mendapat gelar agar di terima di kalangannya dan di masyarakat.

Apakah seburuk itu keadaan intelektualitas kita? Dimana sebuah ide sangat lah murah harga nya. Dimana para pejuang muda tidak lagi melahirkan ide dan pemikiran baru, melainkan menyadur hasil pemikiran orang lain demi mendapat apresiasi yang diinginkannya.

Maka marilah kita sebagai pejuang muda baru untuk membiasakan diri untuk tidak menjadi plagiator, mulai lah dengan hal kecil, contoh nya dengan mencantumkan sumber kepada semua ide orang lain yang kita cantumkan pada karya tulis maupun makalah kita. Atau dengan mengingatkan teman tentang menuliskan sumber ide di makalahh nya. Maka dari hal – hal kecil seperti itu kita akan terbiasa dengan tidak menyadur ide orang lain, dan insya allah kita akan terhindar dari kegiatan plagiarisme.

Daftar Pustaka:

Id.wikipedia.org

Esensi penugasan

Esai ini saya buat untuk memenuhi tugas PSAF FKM Universitas Indonesia. Dan sebagai langakah konkret saya untuk membangun negara Indonesia agar terhindar dari plagiator dan koruptor muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline