Lihat ke Halaman Asli

Wening Yuniasri

Pelajar kehidupan

Perayaan

Diperbarui: 17 Juli 2024   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perayaan

cerpen oleh: Wening Yuniasri

Kereta membawanya ke pedalaman pulau rindu berkabut ragu

Jendela bergeretak memacu detak yang terkesiap

Mimpi, seperti episode yang diulang-ulang

**

"Lila! Ayo cepat!"

"Iya, ini belum masuk."

Aku memberengut mendengar hardikan penuh gegas itu. Perjalanan ini bukan untuk liburan. Dan yang lebih menyakitkan lagi, untuk sebuah perayaan. Tidak ada hadiah. Aku hanya memerlukan sebuah perjalanan. Tolong, bawa aku ke sana tanpa perlu mendengar gerutuan dan sejenisnya.

Aku tidak terlalu menyukai perayaan. Bahkan hari jadiku. Apalagi hari jadi orang lain. Dan demi kesopanan, aku sangat ingin mengingkarinya. Aku tahu, tidak semua perayaan menyakitkan, aku hanya perlu keluar dari perasaan sakit ini, segera.

Tiga orang yang berbincang di depan tidak menunjukkan empati pada dua perempuan yang terlalu buru-buru untuk menyambar cokelat hangat atau jahe panas yang berkepul dalam imajinasi, dalam keadaan hujan semacam ini. Ini tidak seru. Membayangkan kenikmatan di antara semua waktu yang menipis ini, bukan hal yang menyenangkan. Udara sepertinya juga turut menipis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline