Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Nyata: Siswa Naksir Guru, Efek Sinetron?

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pak, nanti malem boleh main ke rumah?, tanya seorang murid perempuan.

Oya, ada apa?, jawab Pak Guru.

Ya main ajah. Istrinya di rumah gak? Sang murid bertanya lagi.

Iya  dong.. jawab Pak Guru


Kemudian setiap hari, hampir puluhan SMS mendarat manis di ponsel si guru. Bisa ditebak dari siapa. Bahkan di media sosialpun, postingan tahun entah kapan di-komen, di-like, di-retweet dan lainnya. Setiap kali chat, informasi dan nadanya memancing agar sang guru berkata : "Kok kamu tahu?"

Sampai suatu ketika, sang istri dari Pak Guru dan Pak Guru merasa resah dan khawatir dengan sikap murid ini. Bukan sang Istri cemburu, hanya merasa tidak nyaman dan tidak sepantasnya. Ketika si istri bertanya secara implisit kepada si murid di beberapa kesempatan, si murid malah terkesan menantang. "Ibu cemburu sama saya?". Tanpa tedeng aling-aling dan terkesan tidak sopan. Kebetulan sang guru adalah guru tamu di sekolah tersebut untuk mengampu satu mapel. Jadi, kemungkinan bertemu tatap muka paling hanya 1 minggu sekali. Berkali-kali pula si murid SMS sang guru agar dapat sekedar main kerumah atau menyambangi kantor. Tapi Pak Guru berusaha menghindari.

Lalu tiba-tiba suatu ketika ada pesan singkat : "Eh, tahu gak? Semalem aku mimpiin kamu lho Pak. Aneh banget ya, kangen kali"

Ada juga SMS dari si anak :" Kamu kemana aja, tadi aku ke kantor mau bawain batagor lho. Ah, malah gak ada. Ya udah aku balik aja"

Teman-temannya pun berusaha mengingatkan agar lebih sopan dan menghargai Pak Guru dan istrinya. Berkali-kali juga teman-temannya 'mengadu' kepada Pak Guru, dan guru lainnya, namun si anak tetep keukueh. Malah terkesan cuek dan tidak peduli. Pernah temannya memergoki si anak di buku catatannya ditulis : Kangen pak Guru. cinta pak guru, dan lain-lain.

Pernah mengalami hal serupa?

Fenomena ini tentunya memerlukan penyikapan yang cukup serius. Dan untuk itu, diperlukan sebuah pemahaman yang baik. Sebatas yang pernah terjadi, satu hal penting yang mesti disadari dari semua ini bahwa kemungkinan, rasa cinta yang dialami murid terhadap gurunya ini  bersifat sementara.  Dan biasanya rasa ini muncul di remaja karena kebutuhan sang remaja pada sosok dewasa yang tak didapatinya dari lingkungan terdekat (terutama keluarga). Harusnya, ketika didapati fenomena ini ada di seorang anak, orang tua mesti lebih melakukan introspeksi diri. Sudahkah orang tua menjadi sosok dewasa yang dibutuhkan sang anak?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline