Ngopi memang kegiatan paling mengasyikkan seperti yang saya lakukan sore ini. Sepulang sekolah saya menyempatkan diri mampir di Tanamera Coffee, sebuah kedai kopi yang mendatangkan biji kopi asli dari berbagai pulau di nusantara. Begitu saya membuka pintu kedai kopi, saya disambut oleh wanginya aroma kopi. Ah, saya langsung mengenang Belitung dan kopi Manggarnya, membuat saya ingin menuliskan kelanjutan kisah perjalanan saya ke Belitung beberapa minggu silam. Bukankah saya pun masih berhutang jawaban teka-teki di tulisan tersebut? =P
Hari kedua saya di Belitung diisi dengn island hopping, sebuah kegiatan menyambangi pulau-pulau kecil yang bertebaran di dekat pulau utama dengan menggunakan perahu. Bukan perahu speed boat, tapi perahu nelayan dengan 1 motor di tengah lambung kapal! Pak Asep (jumpa lagi dengan pria Melayu eksis satu ini yah!) sudah menyewakan kapal sehari sebelumnya dengan kesepakatan harga di IDR 500.000/hari. Melakukan kegiatan island hopping paling bagus di bulan April-Juni sebelum angin selatan berhembus membuat ombak di perairan meninggi (beberapa informasi mengatakan sampai bulan Agustus ombak masih cukup bersahabat, tetapi dari pengalaman katanya Lebaran tahun lalu banyak perjalanan ke pulau-pulau dibatalkan akibat ombak yang terlalu tinggi sehingga nelayan pun tidak berani mengambil risiko). Karena saya cuma ber-3 (saya, suami, dan nelayan pemilik kapal) jadi kapal yang saya sewa juga kecil saja. Kami berangkat dari pantai Tanjung Kelayang di Desa Binga yang merupakan desa nelayan dari pukul 9 pagi.
Berikut adalah pulau-pulau yang dapat dilihat dan dikunjungi ketika melakukan island hopping :
- Pulau Burung Garuda
Kita ternyata tidak bisa merapat dan turun di pulau ini karena pulau ini tidak punya pantai dan karang di sekitarnya sangat banyak. Pagi hari air laut sangat surut sehingga berbahaya jika kapal nekat merapat ke tepinya. Pulau ini dihiasi oleh bebatuan besar yang berbentuk kepala burung garuda, dari situlah pulau ini memperoleh namanya. Perjalanan dari pantai utama ke pulau ini tidaklah jauh, mungkin hanya 10 menit saja. Saya hanya dipersilakan mengambil gambar dari kapal yang bergoyang akibat ombak.
Kami tidak bisa merapat lebih dekat karena air laut sedang surut-surutnya
2. Pulau Pasir
Perjalanan dilanjutkan ke Pulau Pasir. Pulau ini secara harfiah memang hanya berupa gundukan pasir putih saja di tengah-tengah laut. Kata nelayan yang membawa kapal kami, kalau air laut sudah pasang maka pulau ini akan terbenam seluruhnya. Di pulau ini terdapat banyak bintang laut besar-besar dengan bintik di punggungnya. Ketika saya bertanya mengapa bisa ada bintang laut sebesar itu di pulau ini, ternyata para nelayan penyelam mengambilnya dari dasar laut di laut dalam sekitar pulau-pulau itu dan meletakkannya di Pulau Pasir agar turis bisa berfoto dengan bintang-bintang laut ini. Sore hari biasanya bintang laut ini dikembalikan ke dasar laut dalam agar tidak mati. Jika ingin berfoto dengan bintang laut, jangan terlalu lama berpose dengan mengangkatnya dari air karena bintang laut bisa mati. Segera kembalikan bintang laut ke dalam air usai berfoto.
sepanjang mata memandang hanya gundukan pasir saja di pulau ini
habis berfoto, langsung kembalikan bintang lautnya ke air ya.
3. Pulau Lengkuas
Pulau ini terkenal karena mercusuarnya yang dibangun sejak zaman Belanda (tahun 1882). Sudah tua sekali usia mercusuar ini! Pulau Lengkuas letaknya agak jauh jika dibandingkan Pulau Garuda dan Pulau Pasir, ombak menuju ke pulau ini juga cukup besar! Suami saya sampai mencengkeram lutut saya kencang-kencang karena takut kapal terbalik (padahal ombaknya termasuk tenang saat itu hehe).