Lihat ke Halaman Asli

Weni Fitria

Pendidik dan Pembelajar

Senang Sekaligus Cemas, Memulai Kembali Pembelajaran Tatap Muka

Diperbarui: 15 Juli 2020   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sejak kemarin notifikasi pesan di WhatsApp saya meningkat intensitasnya. Salah satu penyebabnya, kiriman pesan dari siswa yang menanyakan tentang rencana pembelajaran tatap muka yang akan digelar daerah kami, termasuk madrasah kami pada awal semester ini.  

Rencananya,  pembelajaran tatap muka akan kembali dilaksanakan setelah pelaksanaan masa pengenalan siswa baru di madrasah kami yang disebut Matsama. Matsama adalah singkatan Masa Ta'aruf Siswa Madrasah yang akan berlangsung tiga hari ke depan.  


Sebagian siswa yang sudah duduk di kelas XI dan XII mengungkapkan rasa senangnya karena sudah rindu pada madrasah, teman dan juga para guru. Namun ada yang menanyakan apakah  belajar tatap muka ini akan digelar seterusnya dan bukan hanya sementara. Sebuah pertanyaan kritis dan wajar mengingat siswa saya adalah siswa jenjang menengah atas.

Sebenarnya siswa di madrasah saya sudah mendapat pengumuman sejak dua hari yang lalu bahwa mereka akan kembali menjalani pembelajaran tatap muka ini. Sebuah berita gembira, terutama bagi mereka yang selama ini banyak mengeluh dan bertanya kapan sekolah akan dibuka kembali seperti biasa.

Tak bisa dipungkiri, masih ada sebagian pelajar termasuk orangtuanya yang mengeluhkan susahnya melaksanakan pembelajaran jarak jauh (daring maupun luring) dengan berbagai kendala maupun alasan. Datangnya berita kembali digelarnya pembelajaran tatap muka di daerah kami yang tergolong zona hijau ini tentunya menggembirakan mereka.

Kembali ke pesan WhatsApp siswa saya tadi. Kebanyakan pesan itu mengungkapkan rasa senang akan kembali belajar di madrasah seperti biasa.  Sebagian mereka menanyakan apakah pembelajaran tatap muka ini digelar terus menerus dan bukan hanya sementara. Intinya mereka merasa senang namun juga berfikiran jangan-jangan ini hanya sementara dan mereka akan kembali belajar dengan sistem pembelajaran jarak jauh.

Sebagai guru, saya mencoba menjelaskan secara sederhana pada siswa yang bertanya  bahwa daerah kami sudah memutuskan menggelar pembelajaran tatap muka untuk jenjang sekolah menengah. Namun apakah ini akan berlanjut terus, tentunya akan sangat tergantung nantinya dengan perkembangan keadaan dan status daerah apakah masih termasuk zona hijau dan aman melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Saya bahkan menambahkan bahwa hal itu sangat tergantung nantinya pada seberapa disiplin siswa dan tenaga pendidik/kependidikan mematuhi protokol kesehatan terkait Pandemi Covid-19. Artinya, jika tidak ada penyebaran Covid-19 di tempat kami, maka pembelajaran tatap muka akan terus berlanjut.

Intinya, siswa saya ada yang cemas pembelajaran tatap muka ini tidak akan berlangsung selamanya. Sebuah kecemasan yang wajar jika dikaitkan dengan keterbatasan sebagian dari mereka dalam menjalani pembelajaran jarak jauh selama Pandemi ini.  Bisa juga disebabkan gelora semangat mereka sebagai remaja yang tentunya lebih menikmati indahnya berkumpul dan belajar bersama teman di sekolah, ketimbang belajar sendiri di rumah.

Sebagai guru, sesungguhnya  saya juga merasa senang sekaligus cemas. Saya memiliki rasa senang  yang sama dengan siswa. Akan tetapi kecemasan yang saya rasakan agak berbeda dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh sebagian siswa saya.

Disatu sisi saya senang bisa berjumpa kembali dengan siswa yang teramat saya rindukan. Mengajar di dalam kelas dan berinteraksi secara langsung dengan siswa di dalam kelas adalah sebuah kesenangan tak terhingga bagi saya sampai hari ini. Hal itu "terpaksa" sejenak saat pembelajaran daring/luring digelar sejak Pandemi melanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline