Bicara tradisi, masyarakat Indonesia memang kaya akan berbagai tradisi. Termasuk tradisi ketika akan memasuki bulan Ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri.
Termasuk di daerah saya Sumatera Barat. Ada beberapa tradisi yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat terutama yang berada di perkampungan dalam rangka menyambut Ramadan maupun saat Hari Raya. Diantaranya adalah tradisi malamang dan manjalang mintuo.
Tradisi malamang adakalanya dilakukan beriringan dengan tradisi manjalang mintuo. Namun bukan berarti keduanya harus dilakukan secara beriringan. Bisa saja tradisi malamang dilakukan tanpa diikuti oleh tradisi manjalang mintuo. Ataupun sebaliknya, manjalang mintuo tetap dilakukan sekalipun tanpa melakukan tradisi malamang.
Malamang
Malamang atau membuat lemang adalah memasak sejenis makanan yang disebut lemang (lamang). Yakni makanan yang terbuat dari beras pulut yang dicampur dengan santan.
Cara memasaknya pun sangatlah unik. Lemang dimasak dalam ruas bambu yang telah dibersihkan dan diberi daun pisang di dalamnya. Kemudian dimasak dengan cara dipanggang dengan didekatkan pada api yang tengah menyala.
Memasaknya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pengalaman saya pribadi, memasak lamang kadang menghabiskan waktu lebih dari 4 jam. Ini disebabkan lemang tidak boleh terus menerus diberi api yang menyala. Saat bambu sudah layu, maka lemang dibiarkan dimasak dengan bara api yang menyala kecil.
Membuat lemang atau malamang merupakan tradisi yang masih ada sampai hari ini di Sumatera Barat. Sekalipun tidak semua orang atau keluarga memasak makanan tersebut, paling tidak di kampung-kampung, tradisi ini masih dilakukan sebagian orang atau keluarga.
Termasuk di kampung saya sendiri Kabupaten Pesisir Selatan, tradisi ini masih ada sekalipun tidaklah dilaksanakan semua orang. Biasanya, tradisi ini dilakukan menjelang hari-hari besar agama Islam. Misalnya saat menyambut bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha.