Lihat ke Halaman Asli

Weni Fitria

Pendidik dan Pembelajar

Sedihnya Tak Bisa Berkumpul dengan Orangtua di Awal Ramadan Tahun Ini

Diperbarui: 5 Mei 2020   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustarasi sebuah kesedihan|Foto: Pixels(Burak Kostak)

Ramadan adalah bulan yang selalu saya tunggu dengan segenap pengharapan. kehadirannya juga membawa suka cita mendalam.

Pengharapan saya untuk Ramadan kali ini adalah bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya. Sebab, menurut keyakinan saya, Ramadan adalah wadah untuk mengasah diri menjadi manusia yang lebih baik.

Berbeda dengan tahun ini, biasanya ditahun-tahun lampau saya selalu bersuka cita setiap Ramadan menjelang. Banyak hal sebetulnya yang membuat saya merasa senang dan berbahagia. Hal yang paling utama yang membuat saya bersuka cita adalah bisa kembali mereguk nikmatnya ibadah puasa. Ibadah yang menjanjikan banyak pahala.

Selain itu, kedatangan Ramadan selalu jadi momen berkumpul bagi saya bersama orang tua dan saudara saya yang lain. Paling tidak di pada hari pertama Ramadan kami beradik kakak yang tinggal berjauhan namun masih dalam satu provinsi akan datang ke rumah orang tua.

Selanjutnya kami akan menghabiskan awal Ramadhan di rumah orang tua barang satu atau dua hari sampai kemudian terpaksa harus pergi lagi karena tugas kerja yang memanggil.

Biasanya Ibu akan memasak makanan istimewa pada sahur pertama.Bahkan sehari sebelum kami anak-anaknya pulang, ibu dan ayah biasanya membuat makanan tradisional daerah kami untuk disamtap bersama sehari sebelum melaksanakan ibadah puasa.

Sedikit berbagi cerita, di kampung kami memang masih ada kebiasaan menyambut Ramadan dengan makanan khas seperti membuat lemang (lamang). Yaitu  makanan yang terbuat dari beras pulut dan diberi santan serta dimasak dalam batabg bambu. 

Selain itu budaya  mambantai pun masih ada. Mambantai berarti menyembelih. Jadi mambantai adalah kebiasaan di daerah kami sejak dahulunya. Dimana para penjual daging di pasar sengaja memotong sapi atau kerbau lebih banyak dari biasanya untuk khusus untuk menyambut kedatangan Ramadan.

Lalu, masyarakat biasanya akan tumpah ruah membeli sekilo atau dua kilo daging tersebut untuk dinikmati bersama keluarga sehari sebelum Ramadan. Bahkan tak jarang masakan daging tersebut disisakan untuk menu sahur pertama.

Bagi keluarga yang kurang mampu membeli daging, biasanya tetap berusaha melakukan tradisi ini. Paling tidak mereka akan memotong satu ekor ayam peliharaan sebagai tanda ikut serta menyambut kedatangan Ramadan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline