Dua hari yang lalu saya pergi ke pasar dekat komplek tempat tinggal saya. Ketika itu saya memang tengah membutuhkan beberapa bahan makanan untuk dimasak sebagai menu berbuka. Saya sebetulnya sudah agak lama tidak berbelanja ke pasar karena disamping menghindar dari keramaian disebabkan kondisi pandemi Covid-19, kebetulan kesehatan saya agak kurang baik hampir dua minggu ini.
Jadi selama itu, tugas berbelanja ke pasar akhirnya diambil alih suami yang mau tidak mau harus menggantikan saya berbelanja berbagai kebutuhan keluarga kami. Namanya bapak-bapak, tentulah tidak "secerewet" kita para ibu. Setiap kali pulang dari pasar, suami hampir tidak pernah mengeluhkan apa-apa. Termasuk ketika saya tanya apakah harga barang kebutuhan pokok di pasar masih normal atau mungkin mengalami lojakan akibat terdampak pandemi.
Biasanya suami hanya tersenyum dan menyuruh saya bersyukur karena kami masih diberi rezeki dan kesempatan untuk berbelanja memenuhi kebutuhan dapur. Suami malah mengingatkan saya tentang banyaknya orang diluar sana yang justru sangat kesulitan secara ekonomi di masa pandemi Covid-19 ini.
Ramadan kali ini memang berbeda. Jika tahun-tahun sebelumnya bulan suci Ramadan datang dalam situasi yang cenderung normal, maka tidak untuk tahun 2020 ini. Dimulai merebaknya Covid-19 kurang dari sebulan yang lalu, akhirnya Ramadan kali ini terpaksa kita lalui dalam kondisi yang serba sulit.
Beberapa waktu sebelum bulan Ramadan datang, salah satu yang paling saya cemaskan adalah masalah harga berbagai bahan pokok. Sekalipun saya awam dalam masalah ekonomi, namun saya memilki kekhawatiran tersendiri tentang hal itu. Kekhawatiran terbesar naiknya harga barang kebutuhan pokok dikarenakan pandemi. Dimana banyak orang akan menimbun barang sehingga akan berdampak terhadap harga di pasaran. Belum lagi biasanya harga-harga cenderung naik saat akan memasuki bulan Ramadan.
Kembali pada cerita saya diawal, yakni pertama saya mulai menginjakkan kaki kembali di pasar setelah lebih kurang dua minggu hanya di rumah saja. Ketika itu saya langsung berbelanja kebutuhan dapur untuk menu berbuka. Saya tak ingin berlama-lama di pasar karena memang himbauan pemerintah seperti itu, yakni keluar rumah untuk hal yang penting saja dan usahakan tidak berlama-lama.
Beberapa bahan makanan yang saya beli ketika itu adalah beberapa jenis sayur mayur, buah-buahan, ikan dan ayam serta beberapa bumbu dapur. Hampir semua yang saya beli tidak mengalami kenaikan harga sebagaimana kekhawatiran saya sebelumnya. Jikapun ada beberapa kenaikan harga itu tidaklah terlalu mencengangkan.
Misalnya harga ikan dan ayam yang mengalami sedikit kenaikan. Termasuk kenaikan harga beberapa jenis sayuran segar dan buah-buahan. Saya masih menganggap sesuatu yang wajar. Apalagi jika dikaitkan dengan suasana Ramadan. Dimana biasanya memang ada kenaikan harga beberapa jenis makanan pokok.
Nah, yang membuat saya tercengang adalah harga bawang merah yang ternyata sangat tinggi. Beberapa minggu yang lalu memang bawang merah mengalami kenaikan, ketika itu kisaran 35 ribu rupiah sampai 40 ribu rupiah perkilonya. Sekarang harganya ternyata semakin melonjak drastis yakni telah mencapai harga Rp. 60 ribu rupiah perkilonya.
Saya memang sempat mendengar berita tentang kenaikan harga bawang merah ini. Namun ketika itu saya tidak terlalu memperhatikannya.Ditambah lagi dengan pemikiran tidak mungkin daerah saya mengalami kenaikan harga bawang merah yang cukup tinggi. Toh daerah saya bukan kota besar, ditambah lagi daerah kami cukup dekat dengan wilayah yang pemasok bawang merah di provinsi kami.