Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Senja

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siang tadi, aku menukar spidol bersama huruf-huruf

yang bermunculan dari kepalaku dengan dua kantong beras

Dalam suara-suara tak bergema untuk batu jiwamu

Telah kutanak beras bersama luka yang marem di setiap ruas waktu.

Gula di sarang semut, bubuk kopi di dasar toples,

telah kau pilih, kau seduh bersama didih peluhku.

Ini hidup bukan sembarang hidup.

Tapi sebuah perjalanan yang meredup

dari sepasang kaki dan tangan dipanggang matahari.

Sungai jernih mengalir dari bola mata anak-anak.

Itu alir luka, Tuan.

Anak-anak kita mengunci Shubuh

dengan darah di pepat dada, membukanya di jelang malam.

Dengan nina bobok dongeng, matanya tetap bahasa luka

Belum purnama umur belia, masih perlu tetes peluh dari sepasang tubuh menua.

“Engkau melenggang ke Timur, aku terbang ke Barat”

debur galau itu sembunyi dalam tirakat pedih.

Juli 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline