semalam gue berbincang-bincang dengan orangtua murid yang menjadi murid les di bimbel @edunesia_id.Ibu itu sangat bergairah menceritakan betapa bingungnya dia untuk mengajari anaknya yang baru masuk kelas 4 SD. Buku yang diberikan di sekolah berupa buku tematik yang berisi penggabungan semua mata pelajaran seperti Matematika, IPA, IPS, PKN, Bahasa Indonesia.
Buku tematik yang sudah berbasis kurikulum 2013 porsi setiap mata pelajaran berkurang, seperti mata pelajaran matematika hanya beberapa bagian yang dibahas. Celoteh sang Ibu, " gmana ini kurikulum 2013 mas Wendi ? saya bingung ngajarin ke anak. Materinya dikit sekali tapi apa ini yang akan diujikan?". gue juga merasakan hal yang sama saat mengajar anak kelas 6 SD. Materi yang diajarkan tidak sinkron dengan materi yang dujikan.
Kurikulum sebelumnya KTSP 2006 setiap materi pelajaran dipisah sesuai dengan kompetensi masing-masing sehingga pelajarn yang diberikan lebih fokus. Tujuan dari kurikulum 2013 yang disusun oleh para pakar pendidikan sangat baik, yaitu untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Jadi, guru hanya mengarahkan dan menjawab pertanyaan saat siswa tidak menemukan solusi dari masalah.
Nah, realita dilapangan siswa belum siap untuk mengikuti metode ini dan dari pendidik sendiri pun masih banyak yang bingung melaksanakan penerapan kurikulum ini di lapangan. Metode belajar ini sebenarnya sudah ada sejak 2004 saat itu gue duduk di bangku SMA, disebut KBK ( Kurikulum Berbasis Komptensi ).Metode belajarnya persis seperti yang diharapkan dalam kurikulum 2013. Tetapi tidak menghasilkan prestasi siswa yang cukup signifikan. Kurikulum 2013 hanya di bungkus sedmikian rupa seolah-olah sangat canggih ternyata metode ini sudah diterapkan tahun 2004.Jadi apanya donk yang baru ?
begitu banyak pertanyaan yang masuk di twiiter @edunesia_id mengenai kurikulum 2013 yang bikin heboh dan menjadi trending tropik. Para pengajar di edunesia diberikan selua-luasnya untuk bekreasi dalam mengajar anak. Pengajar membuka kreativias untuk memberikan pesan bahwa belaja itu memang seru dan menyenangkan. Hal yang paling penting untuk anak adalah dia menikmati proses belajar itu. Ketika anak sudah menikmati secara otomatis dia akan aktif untuk bertanya dan menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahun melalui internet, perpustakaan, bertanya , dll.
Salam Edukasi
@edunesia_id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H