Lihat ke Halaman Asli

Stabilitas Harga di Wilayah Kepulauan, Mungkinkah?

Diperbarui: 22 Maret 2018   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto kompas.com

Setiap pemerintah pasti ingin memberikan yang terbaik bagi rakyatnya. Tidak terkecuali dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok nasional untuk menyelamatkan daya beli masyarakat dan menekan lajunya angka inflasi.

Indonesia yang begitu luas dengan deretan pulau-pulau tidak jarang membuat pemerintah kewalahan dalam menjaga stabilitas harga. Di wilayah daratan, harga-harga barang kebutuhan pokok biasanya akan jauh lebih murah dibandingkan di kepulauan. Hal ini dipengaruhi ongkos distribusi yang tinggi karena harus menggunakan kapal-kapal laut. Semakin jauh pulau tersebut dari daratan atau pelabuhan impor resmi pemerintah maka semakin tinggi pula harga yang harus dibayar masyarakat.

Garuda di Dada, Ringgit di Perut

Intermezo itu sangat akrab bagi masyarakat kepulauan di Riau, terlebih masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti. Dulu masyarakat di wilayah ini termasuk masyarakat kelas menengah sebelum izin ekspor-impor diperketat pemerintah dan izin perdagangan lintas batas mulai dibatasi.

Sejak zaman nenek moyang mereka, warga setempat sudah menjalin hubungan dagang dengan Malaysia. Berbagai komoditi dibawa dari Meranti untuk dijual ke Malaysia. Begitu juga sebaliknya sejumlah barang dari negara harimau malaya itu dibawa masuk dan dijual di Meranti.

Termasuk barang pokok, mulai dari beras, gula, bawang dan daging. Harganya jangan ditanya, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang yang dipasok dari Jawa, Sumatera Utara, atau Pekanbaru.

Maklum, jika menggunakan kapal laut jarak tempuh Meranti dan Malaysia hanya sekitar setengah jam saja. Sementara untuk ke Pekanbaru, ibukota provinsi yang berada di Pulau Sumatera, minimal butuh waktu empat jam itupun dengan kapal cepat. Jadi, jangan ditanya berapa jauh jika kebutuhan pokok itu harus didatangkan dari Sumatera Utara atau Jawa.

Gula yang diselundupkan dari Malaysia misalnya, hanya berkisar Rp 11.000 hingga Rp 12.000 per kilogram. Sedangkan gula dari Jawa bisa membengkak menjadi Rp 15.000 per kilogramnya. Begitu juga dengan daging sapi asal Malaysia dijual Rp 85.000 sampai Rp 90.000 per kilogram, sedangkan daging yang didatangkan dari provinsi terdekat dijual dengan harga Rp 130.000 atau bisa mencapai Rp 140.000 per kilogram menjelang lebaran. Selisih harga yang sangat besar tersebut mendongkrak angka inflasi cukup tinggi di wilayah ini, hingga menjadikan Meranti kabupaten termiskin di Riau.

sumber foto kompas.com

Membuka Pelabuhan Dagang Lintas Batas

Operasi pasar dan pasar murah yang kerap dilakukan pemerintah menjelang perayaan hari besar keagamaan memang dinilai berpengaruh dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok di pasar. Namun hal itu kurang efektif untuk jangka waktu yang panjang.

Membuka pelabuhan resmi yang menangani urusan dagang lintas batas di kabupaten serupa Kepulauan Meranti dinilai lebih mampu memberikan solusi. Masyarakat harus diberikan izin untuk memasok barang kebutuhan pokok dari negara tetangga karena alasan harga yang jauh lebih murah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline