Terkadang ada perasaan sedih ketika berselancar di dunia maya, melihat begitu banyak cemohan kepada presiden, pemimpin bangsa ini.
Berbagai hinaan dari lawan politik atau sekedar rakyat biasa datang berhembus tidak karuan. 'Ndeso', 'PKI', 'Cungkring', 'Antek Asing', 'Petugas Partai' dan yang paling kekinian 'Tidak Pandai Bicara.'
Sebenarnya untuk masalah bicara ini sudah terlihat saat kampanye Pilpres 2014 lalu. Dalam sesi debat ataupun wawancara langsung, tidak dapat dipungkiri kalau Prabowo jauh lebih unggul. Namun nasib berkata lain, Jokowi-lah yang terpilih sebagai orang nomor satu Indonesia.
Publik menilai, sejak merdeka dan sudah 7 kali berganti presiden, baru kali ini Indonesia dipimpin orang yang 'irit bicara'. Eh, sekalinya bicara malah buat bingung.
Coba perhatikan kalimat dibawah ini:
"Tadi saya melihat film ini, Dilan. Sebuah kesederhanaan yang diambil sudutnya dengan sudut pandang, yang dengan kamera yang pas, jadinya semuanya, apa, kaget dan menjadi sebuah booming."
Ya, itulah komentar presiden kita usai menonton Dilan 1990 di Studio II Bioskop XXI Senayan City, Jakarta, Minggu (25/2/2018) bersama putrinya, Kahiyang Ayu dan suami Kahiyang, Bobby Nasution.
Bagi Anda itu lucu? Bagi saya hanya kesedihan. Presiden adalah orang nomor satu di negara ini. Ia gambaran rakyatnya, gambaran diri saya, dan Anda semua Warga Negara Indonesia.
Perhatikan lagi jawaban Mister Presiden di bawah ini ketika ditanya para wartawan terkait revisi UU MD3, Selasa, 13 Februari lalu.
"Kalau saya melihat... (terdiam beberapa saat) ya nanti," kata Jokowi, sambil pergi meninggalkan kerumunan awak pers.
Aduuhh... apa Bapak tidak tahu rakyat menunggu tanggapan dan jawaban bapak terkait masalah krusial tersebut. Bukannya nyengir lalu ngacir.
Bisa ditebak, bukan hanya lawan politik beliau yang tertawa, rakyat malah kesal melihat tingkah sang pemimpin mereka. Beragam komentar warganet pun tidak dapat dibendung.