Lihat ke Halaman Asli

Wempie fauzi

Bekas guru

Airlangga Hartarto Bicara Konsistensi Pemerintah untuk Kendaraan Listrik

Diperbarui: 17 September 2024   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Kebijakan  ramah lingkungan pemerintah dalam sejumlah bahan baku terus berlanjut. Salah satunya diwujudkan dalam hilirisasi minenral kritis untuk menguatkan daya saing ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Upaya tersebut yang diwujudkan dalam bentuk hilirisasi tersebut dimaksudkan agar dapat memberi efek berkelanjutan antara lain menaikkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, mendatangkan investasi asing, memasukkan devisa ekspor dan penyerapan tenaga kerja secara lebih banyak.
 
"Dari kebijakan hilirisasi nikel yang sudah dilakukan terbukti sukses menaikkan nilai ekspor yang jumlah hingga delapan kali lipat dari yang semula USD4,31 miliar pada 2017 menjadi USD34,44 miliar pada 2023," papar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sambutannya pada acara "Groundbreaking HPAL Neo Energy" di Kawasan Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE), Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, Sabtu (14/9).

Sementara dari sisi investasi yang akan ditanamkan untuk usaha ini, Kementerian Investasi/BKPM mengungkap jika sampai Juni 2024 total investasi untuk hilirisasi nikel, terutama yang terkait dengan pembangunan smelter dan pabrik baterai kendaraan listrik, telah mencapai USD30 miliar. 

Ini menunjukkan keyakinan adanya peluang besar dalam industri ini, khususnya dalam produksi baterai lithium-ion. Hal itu terlihat dari data global yang menyebut bahwa total penggunaan baterai tersebut telah mencapai lebih dari 2.000 GWh kapasitas baterai lithium-ion dalam lima tahun terakhir. 

Semua digunakan  dalam  mendukung 40 juta kendaraan listrik dan ribuan proyek energy storage. Maka dengan sumber daya mineral khususnya nikel yang melimpah, Indonesia sangat potensial tampil sebagai pemain kunci dunia dalam  produksi baterai kendaraan listrik (EV), karena bisa  menyuplai baterai EV sebesar 210 GWh per tahun.

'Negara lain melihat posisi penting yang dimiliki Indonesia  sebagai pemilik mineral kritis. Bukti pentingnya posisi tersebut adalah dimana Amerika Serikat sedang berunding dengan kita terkait kesepakatan mineral tersebut, selain juga dengan Uni Eropa, Kanada serta Australia. Khusus dengan Australia dan Kanada jika bergabung dengan Indonesia, maka akan tercipta ekosistem EV yang kuat,   baik itu berupa lithium maupun nikel, bahkan sekarang ada yang sedang dikembangkan lagi berbasis sodium atau garam," ujar Menko Airlangga.

Menko Airlangga juga mengapresiasi Neo Energy yang telah merealisasikan investasi dengan membangun smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL) pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan. Smelter itu akan mengolah bijih nikel atau limonite menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan prekusor katoda baterai EV. Proyek baterai HPAL Neo Energy ini diharapkan akan mampu menambah kapasitas MHP nasional sebanyak 120 ribu MT per tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline