Lihat ke Halaman Asli

Wempie fauzi

Bekas guru

Airlangga Hartarto dan Rencana Uni Eropa Gunakan Indonesia Sebagai Referensi Pertumbuhan Ekonomi

Diperbarui: 16 Juli 2024   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ekon.go.id


Meski banyak tantangan dan kekurangan dalam beragam langkah yang diambil, namun keberhasilan pemerintah dalam upaya mengatasi tekanan dari keterpurukan akibat Covid-19 telah memberi hasil manis.   Sejumlah strategi yang difokuskan pada pemulihan ekonomi melalui serangkaian kebijakan solid tersebut akhirnya terbukti manjur yang ditandai oleh pertumbuhan positif dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang berujung pada munculnya citra positif bahwa ekonomi Indonesia kini menjadi lebih tangguh itu  mendapat pengakuan  global melalui lembaga rating global, Moody's, Ficth dan CJR. Seluruh lembaga tersebut  kompak menyebut jika investor asing tetap percaya bahwa ekonomi Indonesia  tetap kuat dan menjadi perhitungan dunia.

Yang terbaru dari pandangan positif tersebut adalah, pengakuan dari lembaga think tank Parlemen Eropa . Melalui info grafis yang mereka lansir dinyatakan bahwa saat ini ekonomi Indonesia jauh lebih baik daripada Uni Eropa. Penilaian itu keluar karena Indonesia dianggap berhasil mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan setelah resesi ekonomi tahun 2020.
   
"Keberhasilan Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi pasca resesi ekonomi 2020 mendapat perhatian oleh Uni Eropa. Penilaian ini semakin strategis karena langkah dan kebijakan yang kita buat mereka ambil sebagai referensi kerja untuk anggota  Parlemen Eropa," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Jakarta, Senin (15/7/2024).

Meski tidak terlalu menonjol, namun sosok yang tergabung dalam think tank tersebut terhitung bergengsi karena anggotanya terdiri dari European Parliamentary Research Service (EPRS) dan European University Institute (EIU).
Menurut lembaga ini, Indonesia punya keunggulan di hampir seluruh indikator yang diteliti. Seperti investasi asing langsung (FDI) dan laju inflasi, Indonesia lebih stabil dari waktu ke waktu dibandingkan dengan Uni Eropa. Pada tahun 2023, laju inflasi Indonesia hanya 3,7% sedangkan Uni Eropa mencapai 6,3%.

Sementara untuk bidang sosial ekonomi, seperti tingkat pengangguran, Human Development Index (HDI), dan GINI Index Indonesia juga lebih baik dibandingkan Uni Eropa. Pada tahun 2022, HDI Indonesia sebesar 71,3% yang mana berdasarkan standar Perserikatan Bangsa-Bangsa, angka tersebut menunjukkan bahwa capaian pembangunan manusia berbasis komponen dasar kualitas hidup di Indonesia termasuk dalam kategori baik. Sementara itu dalam hal GINI Index, Indonesia berada pada nilai GINI Index 38,3 yang berarti distribusi income cukup merata.

Data tersebut menjadi penting bagi blok perdagangan ini, karena Indonesia menjadi mitra dagang terbesar ke-8 mereka. Sebaliknya, bagi Indonesia, Uni Eropa  adalah mitra dagang keempat yang paling besar untuk barang setelah China, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura, dengan porsi sebesar 5,7%. "Saat ini trendnya juga terus meningkat, dimana peningkatan drastis terjadi setelah adanya perlambatan ekonomi global 2020,"kata Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

Dengan dua indikator besar tersebut, Airlangga berharap agar menjadi pendorong bagi percepatan penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), apalagi kedua sepakat dan berkomitmen menjadikan   IEU-CEPA  sebagai platform dalam mengatasi alternatif untuk beragam  penyelesaian bagi permasalahan ekonomi, perdagangan dan investasi antara kedua pihak.  Saat ini rundingan tersebut sudah memasuki putaran ke-19 dan Indonesia  terus mengupayakan secara optimal agar perundingan IEU-CEPA segera diselesaikan dan manfaatnya dapat dirasakan bagi perekonomian kedua pihak.

Apalagi ke dalam negeri, pemerintah tetap dengan komitmennya agar berbagai kebijakan perekonomian tetap memberi keuntungan terbaik bagi Indonesia.  Selain itu, beragam langkah dalam hal penguatan sinergi kebijakan fiskal dan moneter untuk stabilitas ekonomi melalui koordinasi antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil juga terus dilakukan secara rutin dan penuh kehati-hatian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline