Lihat ke Halaman Asli

Wempie fauzi

Bekas guru

Airlangga Hartarto Bicara Pandemi Covid-19 sebagai Akselerator Reformasi Birokrasi Indonesia

Diperbarui: 26 Oktober 2022   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ekon.go.id

 Pandemi Covid-19 yang merebak sejak tahun 2020 lalu dampaknya  tak cuma menghasilkan masalah demi masalah sebagai ikutannya. Bagi yang mampu melihat sisi positif dan mensiasatinya secara tepat, ancaman dan masalah yang ditimbulkannya justru membuka kesempatan guna mendapatkan keuntungan yang tak diduga duga sebelumnya.  

Situasi tersebut hanya akan dimiliki oleh mereka yang meyakini bahwa dibalik setiap masalah yang muncul, ada peluang dan keuntungan lain yang tersembunyi, yang hasilnya kadang jauh lebih menguntungkan dibandingkan jika situasi yang dihadapi biasa-biasa saja.

Itu pula yang menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang telah dilakukan Indonesia selama menghadapi krisis akibat pandemi covi-19 tersebut. Bahwa dibalik masalah besar, khususnya dari sisi ekonomi dan kesehatan, Indonesia justru mampu membuat sebuah lompatan yang tadinya diperkirakan baru akan terjadi puluhan tahun ke depan.

Saat berbicara  di depan forum  Public Lecture pada The CSIS ASEAN Leadership  di Gedung CSIS, Washintong D.C Amerika Serikat, Senin (24/10/2022), Menko Perekonmian Airlangga Hartarto mengungkapkan pelajaran yang bisa diambil dan diterapkan Indonesia selama berhadapan dengan situasi berat yang belum pernah terjadi di manapun sebelumnya. Situasi yang pada bagian lainnya, justru membuka kesempatan untuk membuat sebuah langkah besar yang pada gilirannya akan mendorong terjadi akselerasi bahkan perbaikan pada sejumlah sektor lain.

Pada forum bertajuk "Indonesia's Economic Priorities: A Conversation with Airlangga Hartarto" tersebut  diungkapkan kesulitan ekonomi yang dihadapi Indonesia dan pendekatan fiskal yang harus diambil. Kebijakan yang itu harus fleksibel dengan semua instrumen kebijakan yang harus siap dan memiliki kapasitas maksimal. Sedangkan pada aspek kesehatan, langkah itu harus beriringan dengan pertimbangan ekonomi. 

Sehingga berbagai kebijakan yang diambil harus bisa masuk dalam bagian upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi, ini sekaligus menjadi kunci srategis dalam menghadapi pandemi tersebut. Sehingga kemudian dikenal istilah kebijakan "gas dan rem" dalam  menyeimbangkan aspek kesehatan (kehidupan) dan aspek ekonomi (penghidupan). Keempat, pentingnya meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan di dalam negeri.

Bentuk  pemanfaatan momentum itu antara lain adalah pengembangan  sistem transformasi digital,  mulai dari penggunaan aplikasi PeduliLindungi dan mengembangkan sistem e-payment menggunakan QR atau dikenal dengan QRIS.  

"Justru dalam situasi sulit itu dimana ekonomi bergerak melambat, terbuka peluang bagi negara seperti Indonesia  untuk melakukan reformasi struktural. Reformasi yang jika dilaksanakan dalam waktu normal, akan butuh waktu hingga 70 tahun untuk diselesaikan. Beruntung, akibat pandemi covid-19, proses tersebut tersebut bisa dilakukan dan saat pandemi mereda reformasi struktural dan ekonomi bisa terlaksana" jelas Menko Airlangga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline