Tak hanya di dalam negeri, Indonesia juga aktif mengkampanyekan agenda dan pelaksanaan transisi ekonomi berkelanjutan di mancanegara. Salah satunya adalah di acara World Economic Forum Annual Meeting (WEFAM) 2022 di Davos -- Swiss. Program dan agenda tersebut menjadi misi utama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat bertemu Presiden World Economic Forum Borge Brende.
Sebagai wakil dari pemerintah Indonesia, Airlangga Hartarto menyampaikan apresiasi penyelenggarakan evet ditengah situasi global yang masih belum menentu, terutama dalam upaya pemulihan pasca pandemi dan situasi konflik antara Rusia dan Ukraina saat ini. Oleh karena itu, Indonesia bersama sejumlah pimpinan global menyampaikan dukungan terhadap Agenda Davos 2022 ini. Bentuk dukungan diwujudkan dalam bentuk respon kepada penangan pandemi, pemulihan ekonomi, aksi iklim, inovasi teknologi, dan kolaborasi global untuk mendukung Presidensi G20 Indonesia.
Terkait status net eksportir batubara dan net importir minyak dalam ruang lingkup mitigasi perubahan iklim dan transisi energi berkelanjutan, Indonesia telah mengembangkan prototipe pajak karbon untuk pembangkit listrik tenaga batu bara. Bersamaaan dengan itu negara ini juga melakukan retirement pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menggantinya dengan energi baru dan terbarukan (EBT) yang mempunyai model pembiayaan terjangkau dan berkelanjutan.
Salah satu bentuknya adalah kajian terhadap proyek 4 GigaWatt (GW) solar power plant di Bintan yang output-nya akan diekspor ke Singapura serta untuk memenuhi keperluan domestik.
Pada bagian lain, dukungan WEF terhadap usuln pembangunan komunitas pimpinan bisnis Indonesia sebagai platform mendorong aksi iklim di seluruh sektor publik dan swasta, kemudian menyusun pilot project pembiayaan alam dan keanekaragaman hayati melalui mekanisme blended finance, dan mengembangkan protokol obligasi transisi sebagai peluang memberikan pembiayaan kepada perusahaan yang memiliki target transisi ke industri hijau di masa depan.
Presiden WEF menyampaikan bahwa dengan ditunjuknya Presiden RI sebagai Champion Global Crisis Response Group (GCRG) sejalan dengan isu pangan, energi, dan keuangan. Dalam rangka mengatasi tantangan besar yang saling terkait dalam ketahanan pangan, energi, dan keuangan global akibat konflik Rusia-Ukraina, maka GCRG memegang peranan penting, khususnya dalam membantu negara-negara berkembang mengatasi krisis finansial akibat pandemi yang diperparah krisis pangan dan energi akibat konflik tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H