Lihat ke Halaman Asli

Motret Kedubes Melanggar HAM kah?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baiklah ngisi senggang lama ndak update blog. Banyak yg hendak n harus kutuliskan, soal pengalaman hidup 5 tahun belakangan ini aja misalnya banyak yg berceceran. Entah kenapa sebagai penganggur pun aku serasa tak bisa meluangkan waktu untuk menulis, dan bukan karena ndak bisa nulis lah yaww. Inilah seperti yang dikatakan satu2nya manusia yg kupercaya, Muhammad SAW, bahwa semakin dekat ke kiamat waktu akan terasa makin cepat (berlalu). Kebetulan2 aja pas lagi boker tadi (mungkin) aq ingat peristiwa ini n pas nyalain lepie ini jg ingat. Kebetulan pula harus log in ke account google dlm waktu dekat krn ada email yg "nyuruh". Gak tau nih apa sempat utk cari2 dokumentasi fotonya pas up load nanti (sok sibug,com).

Sebelum peistiwa disel di "LP Kedoya" 3 hari 3 malam hingga panti narkoba di Serpong lebih dari 2 minggu sehabis bulan puasa silam (sorry, cerita ini kapan2 nanti aq sempetkan mudah2an nulisnya), aq utk pertama kali berurusan dengan Satpol PP DKI Jakarta sebetulnya punya kenangan cukup manis. Peristiwa ini terjadi (gw males utk muter otak ingat2 tahun kapan bahkan) sewaktu dlm sebuah pergelandangan ke DKI. Oya sekarang ingat ini di tahun 2010 sewaktu aq lama tinggal di Kemayoran (2011 yg gw "menyengajakan diri" buat ditangkap Pol PP di Monas). Di suatu hari aq jalan2 entah kemana yg jelas singkat cerita sampailah gw di daerah Menteng yg banyak bertebaran area korps diplomatik atawa rumah ato kantor kedubes asing. Jalan kaki ni ye ceritanya (mungkin di blog ini aq udah pernah selintas cerita soal jalan kaki dari kemayoran hingga sudirman, atau dari kiara condong-dago-alun2 di Bandung hobby,com haha).

Jadi kaki ini saat itu menginjak kawasan taman suropati. Pas lewat Kedubes Canada (kalo ndak salah ingat).... oks bukan gini sebaiknya alur penceritaannya. Jadi kalo ga salah ingat lagi waktu itu gw baru beli hp kamera qwerty tv china di Roxy n itu utk pertama kalinya seumur hidup punya hp kamera (walau pixel vga ngaco haha kacianbanged,com). Jadi ceritanya sepanjang jalan2 yg betul berjalan (kaki) ini aq kerjanya ya motret2 pake hp n not found problemo until.... Nah dr seberang jalan, atau arealnya taman suropati tsb, ku shoot lah kedubes Kanada tsb. Dilihat sama securitynya lalu aq diturut ke seberang jalan (sengaja ya kupilih diksi "diturut" yg secara leksi maupun sintaksis beraroma melayu/minang gini). Aq waktu itu seakan nantang jg bukan menghindar malah sengaja nungguin dia di tengah taman. Security tsb juga terlihat tdk sampai lari2 ngejar aq yg mungkin secara psikologis saat itu menstimulan pemikiranku bahwa setidaknya apa yg kulakukan paling hanyalah pelanggaran (hukum) ringan kalolah bukan sama sekali ndak apa2.

Nah setelah kami ketemu dimintalah sama dia agar menghapus potretanku. Untungnya sih gak main kasar langsung rampas hpku (kalo benar motret kedubes asing dari luar itu melanggar hukum). Aku bersikeras menanyakan apa kesalahanku. Petugas (yg mungkin jg org kecil ini) tdk bisa menjelaskan dan ngancam manggil Brimob yg sedang bertugas juga disana. Aq pun dgn pede mempersilahkan dan menunggu Brimob tsb datang menyusul. Nah ketika kutanya lagi sama Brimob ini dijawablah kalo gw melanggar konvensi jenewa hahahaha tapi ya gimana bantahnya, untung2 gw ndak langsung digebukin. Akhirnya kuhapus file jepretan yg mungkin hanya sebiji tsb. Lalu kemudian sptnya si Brimob ndak senang aq "mempersulit" dia kemudian ia nanya2 KTP gw n setelah melihat alamat gw di Padang terus aq diseret ke pos Satpol PP yg tak jauh dr situ. Diseret gak terlalu sadis lah yaw tapi lumayan upaya mempermalukan juga oleh si Brimob dgn memanggul tanganku di depan org banyak. Balas dendam kali krn sebelumnya ia merasa dipermalukan.

Sesampai di pos Satpol PP yang padahal di depannya juga pos polisi oleh si Brimob diminta kpd bapak Pol PP disana agar menahan aq krn bukan warga DKI meski warga NKRI. Eh ternyata si bapak POl PP disana menolak. Si Brimob kelihatan banget kehilangan muka, mau ngasih aq ke sel Polisi juga gimana gw bukan pelaku tindak kriminal. Lama kelamaan si Brimob menghilang sendiri tinggal aq, security kedubes 2 orang, dan 1 bapak Pol PP. sama security kedubes kalo ndak salah aq diminta mengisi formulir apa gitu tapi gw menolak dan terus mendebat (kalo si Brimob masih ada mungkin dia udah jengkel tak tertahankan saat itu). Akhirnya security kedubes tsb cuma bisa ambil foto gw (padahal gw dilarang motret kantornya die) dan urusan pun selesai, aq lalu melanjutkan perjalanan bahkan sempat salam2an sama security seniornya hihi. Kesimpulan: security kedubes negara asing lebih ramah dan profesional kpd warga negara Republik Indonesia murni ini daripada oknum Polisi Satuan Brimob NKRI memperlakukan rakyat negaranya sendiri, dan saat itu mood oknum Pol PP adalah kalo bukan karena lagi baik ya karena ndak mau repot okei..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline