Lihat ke Halaman Asli

Bang Thoyb, (Calon) Istri dan Anak-anakmu Menantiku Part. 6

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di saat tengah berbuka dengan beberapa potong buah2an tersebut lewatlah di depanku seorang cowok suspected gays. Mungkin karena ngeliat gw ganteng (hi2) tiba2 aja dia setelah sempat melewati pura2 balik dan numpang duduk ke bangku taman sebelahku. Tentu tak lama kemudian kami mulai terlibat obrolan. Dan akhirnya puannnnjaaanggg. Kebetulan Mr.guy ini juga jago ngomong. Sekarang tentu saja aku tambah yakin bahwa kebanyakan dari apa yang dia omongkan dulu itu adalah bull shit sebagian besarnya; sekedar alat untuk pdkt sama aqu, he2. Tapi jujur saja kulihat retorika ceritanya (pengetahuannya) luar biasa juga sih. Seingatku beberapa kali kulakukan tes kebohongan ia mampu melewati. Mungkin, meski gombal tapi basicly dia punya pengetahuan atas apa yang ia akan ceritakan. Mungkin juga karena sudah terlatih.

Materi ceritanya di antaranya: dia sekampus juga dan lebih senior dariku, keturunan campuran sunda-minang, istri sudah meninggal dan jadi singel parent bagi dua anak di Bandung, berprofesi sebagai penyanyi dan juga punya event organizer, dan segudang pengetahuan luar biasanya tentang teknik menghasilkan puluhan juta dari mensponsori acara2, utamanya lewat lobby ke pemda2 dan marketing2 perusahaan. Khusus untuk bagian terakhir ini terus terang gw sampai sekarang masih tersinggung dikiranya seperti m-anus-ia kebanyakan yang bisa dirayu dengan cerita berjudul duit yang buaaanyak, hi2. Tapi wajar, penampilan gw yang payah sehari2 ini tentu saja akan mengundang prejudice orang "butuh" duit dari manus-ia kebanyakan. Tapi ada untungnya juga--sebagai minangkebo mata gw langsung jelalatan jika merasakan atmosfer keuntungan yang bisa diraih--seingat gw setidaknya saat itu gw dapat sedikit makanan ringan dan sedikit cairan dari sebuah minuman teh kotak.

Lebih sejam kami--lebih tepatnya 90%-nya dia--bercerita, ia pun mengajak untuk ke istiqlal dan menceritakan kalo selama bulan puasa di sana sekarang bisa nginap. Tentu meski tidak 100% percaya saat itu gw sangat bahagia bisa dapat teman "seperjalanan" di tengah segala "persendirian, he2. Apalagi dari beliau gw jadi tahu ada KRD ekonomis banget lewat Purwakarta yang cukup menyediakan dana 3 ribu + 2 ribu untuk ke Bandung. Lalu sesampai di istiqlal kami mojok di dekat tangga sudut tenggara (atau sebelah timur laut itu ya?)--yang tertutup untuk ke peturasan umum utama. Pemilihan lokasi tempat yang lebih gelap gini memang sudah mulai mencurigakan gw. Sebelumnya juga tentu dari cara pandang dan secara instink gw juga merasa ada yang aneh. Lalu kami pun sholat masing-masing. Seingat gw karena faktor trust ini juga gw mengupayakan untuk tidak perlu berjamaah dengannya. Setelah itu kami pun tiduran bersebelahan; gw berupaya menggeser2 posisi tidur agak menjarak dikit dari dia yang sebaliknya seperti berupaya mendekatkan. Dan dia melanjutkan cerita yang mulai nyerempet2 ke kisah yang mengindikasikan "penyimpangan" seksual. Nah bukti kemudian yang lebih meyakinkan adalah ketika cerita sudah tak ada melantun terdengar, senyap, tapi mataku belum terlelap, kurasakan tangannya menggerayang mengelus2 rambutku, kemudian juga mulai megang2 tanganku! Aw aw aw!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline