Korupsi di negeri ini semakin gila-gilaan, terang-terangan dan bahkan dilakukan secara "konstitusional" dan memuakkan. Jika dulu kasus korupsi milyaran rupiah sudah begitu wow, di era pemerintahan saat ini korupsi ratusan trilyun rupiah malah sudah mulai terbiasa kita dengar!
Namun sebenarnya Indonesia memiliki seorang "alat detektor" koruptor yang luar biasa yaitu Pak Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Ahok. Mengapa demikian? Karena hanya Pak BTP yang berani menyuarakan pembuktian terbalik kekayaan, cek laporan pajak serta gigih melakukan transparansi (perencanaan dan penggunaan) anggaran.
Caranya sederhana yaitu dengan mengusulkan Pak Ahok agar diangkat menjadi Ketua KPK atau Ketua BPK. Semua pejabat, politikus, anggota dewan, elit parpol, guru besar, pengamat, aktivis, petinggi polisi dan militer, budayawan, artis, ormas, dan lembaga-lembaga (agama) yang pro korupsi pasti akan segera berada satu gerbong untuk menentang, menyebar fitnah, menggalang demo, dan menyoal dengan berbagai dalih dan alasan-alasan munafik untuk melindungi kepentingan tamak mereka. Dan sebaliknya, mereka yang anti korupsi dan muak dengan segala kemunafikan akan mendukung Pak Ahok agar dapat menduduki posisi tersebut.
Lalu, cara sederhana untuk membedakan parpol munafik yang hanya mementingkan keuntungan elitnya dengan parpol berintegritas, profesional yang perduli terhadap nasib warga DKJ juga mudah: kita tunggu saja parpol mana yang berani mengusung dan mendukung Pak Ahok jadi calon Gubernur DKJ. Parpol yang mendukung Pak Ahok jadi Gubernur DKJ adalah parpol yang anggota-anggota DPRD nya bersih dan ingin Jakarta kembali dibangun secara bersih, transparan, dan profesional. Sedangkan parpol yang sarat dengan anggota-anggota DPRD yang korup, munafik, dan doyan melahap APBD yang super gemuk untuk partai dan keluarganya sendiri pasti akan berusaha menggagalkan dan melawannya.
Mari kita saksikan bersama-sama: siapa saja, parpol, ormas, dan lembaga apa saja yang sungguh-sungguh anti korupsi dan mana yang pura-pura anti korupsi tapi meludahi dan mengencingi sumpah jabatan dan kampanye-kampanyenya dengan praktik korupsi mereka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H