Lihat ke Halaman Asli

Tragedi yang Menakutkan Dalam Berbisnis

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1402587219179417606

Memang benar bahwa berbisnis itu harus berkorban tidak sekedar materi yang harus di keluarkan untuk modal awal berbisnis, untuk berbisnis juga kita harus merelakan waktu, tenaga serta kemungkinan terburuk sekalipun seperti kerugian dan kecelakaan yang mencederai fisik kita.

Mengapa saya berkata demikian ? karena hal itu memang saya alami sendiri dalam menjalankan bisnis saya. Kejadian itu bermula setelah saya beserta istri dan anak saya pulang dari belanja untuk keperluan dagang yang sedang saya dan istri saya  rintis. Saat itu tepatnya hari selasa  tanggal 20 mei 2014 sekitar pukul 05.00 pagi dini hari, Saya yang membawa istri dan anak saya  mengalami kecelakaan di daerah BItung, Tangerang. Pada saat itu saya yang mengendarai sepeda motor menabrak sebuah pembatas jalan di daerah itu. Kecelakaan itu di sebabkan oleh ketidakfokusan dalam mengendarai sepeda motor. Penyebab lainnya adalah penerangan jalan yang kurang terang yang ada di daerah itu.

Biasanya dalam berbelanja barang dagangan, saya selalu sendiri. Namun entah kenapa pada hari itu istri saya ingin sekali ikut berbelanja barang dagangan. Yah…mungkin sudah di atur oleh Yang Maha Kuasa bahwa pada hari itu saya harus mendapatkan cobaan dalam berbisnis berupa sebuah musibah.

Sebenarnya jika saya mengingat kembali sebelum kecelakaan itu terjadi, sebelum berangkatnya pun kondisi ban motor saya dalam keadaan kempes yang hanya bisa di naiki oleh satu orang saja. “ Mah, ban motor saya kempes, kamu gak usah ikut ya ! karena tidak bisa untuk boncengan, kalau bisa pun kita harus jalan dulu sampai ke tempat isi angin.” Ucap saya kepada istri saya. Namun karena semangatnya yang sangat besar dalam berbisnis, istri saya pun bersikeras tetap ingin ikut untuk berbelanja dagangan. “ Gak pah, saya mau ikut, gak apa – apa jika saya mesti jalan dulu.” Tutur istri saya dengan gigihnya. Lalu saya pun tidak bisa melarangnya dan sekitar 300 m kami pun menemukan tempat untuk isi angin. Setelah itu kamipun meluncur untuk “ Hunting “ barang – barang yang hendak di perdagangkan.

Barang – barang yang saya dan istri saya cari adalah barang – barang untuk keperluan bisnis sayuran seperti kacang panjang, wortel, brokoli, kembang kol, kacang buncis, cabe, kentang, daun bawang, seledri, dan lain – lain.

Setelah kami selesai membeli barang untuk keperluan dagang kami, kami pun meluncur pulang. Di lihat dari wajahnya, istri saya terlihat sangat senang yang di karenakan harga dari barang – barang dagangan yang di belinya lebih murah di bandingkan dengan tempat sebelumnya, sehingga keuntungan yang di dapatkannya pun akan bertambah pula. Kami pun asik ngobrol di jalan hingga tak terasa perjalanan pulangpun tersisa setengahnya lagi. Mungkin karena terlena dengan asiknya ngobrol hingga hal itu mengakibatkan berkurangnya konsentrasi saya dalam mengendarai sepeda motor yang mengakibatkan motor yang saya tunggangi bersama keluarga saya menubruk sebuah pembatas jalan.

Saya, anak dan istri saya pun terlempar kedepan setelah menubruk pembatas itu. Kami pun mendapatkan banyak luka atas kejadian itu. Saya terluka di bagian tangan kiri. Namun luka yang terparah dalam kejadian itu adalah luka yang di alami istri saya, karena di bagian dahi kiri atas sobek hingga tengkoraknyapun tampak oleh mata sehingga mesti di jahit sebanyak 19 jahitan, 8 jahitan di bagian pelipis mata dan 7 jahitan di bagian bawah hidung.

Sungguh, peristiwa itu sangat membuat saya terpukul. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat saya dan istri saya dalam menjalankan bisnis itu. Karena kami yakin bahwa “ sesuatu yang akan di raih dengan jumlah yang sedikit, maka cobaannya pun sedkit dan sesuatu yang akan di raih dengan jumlah yang besar, maka cobaannya pun besar pula “. So, semua kejadian itu kami menganggapnya sebagai ujian bagi kami untuk meraih sesuatu yang lebih besar lagi. ( Welly Yusup )

Sumber : Pengalaman pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline