"Setiap hari bisa potong 80-100 buah batu. Batu-batu ini dijual 1500/buah".Bapak ini cerita, setiap hari dia bersama istri kesini untuk memotong batu alam. Istrinya membantu mengambil air untuk melumasi bagian batu yang akan dipotong. Setiap harinya bisa menghasilkan 80-100 buah batu. Harga batu yang dijual termasuk murah, karena untuk menghasilkan satu potongan batu prosesnya panjang dan memakan waktu cukup lama. Sebelum menjadi potongan batu yang kecil, batu yang besar akan dibelah sesuai ukuran yang diinginkan. Proses pembelahan batu inilah yang sangat memakan waktu dan tenaga. Apalagi dilakukan secara manual. Benaar-benar butuh kekuatan fisik yang tangguh, dan "dibantu" pelumas air.
Harga jual per buah 1.500 rupiah. Bila sehari yang diproduksi 100 buah, maka penghasilan per hari 150.000 rupiah. Hmmm...Ini mungkin tidak sebanding dengan cara mereka menghabiskan waktu dan tenaga untuk pekerjaan ini, namun jasa mereka terbilang sangat besar. Terutama bagi masyarakat yang ingin menggunakan batu-batu ini untuk tujuan konstruksi bangunan dan sebagainya.
Di Sumba Timur, banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan batu alam karena bila dibandingkan dengan penggunaan batako, ini yang paling murah. Selain harganya, pemasangan batu alam, misalnya untuk bangunan rumah, tidak perlu diplester. Tekstur batu yang sudah halus dan licin, terlihat indah. Artinya tidak butuh semen, air, tenaga yang banyak untuk membangun rumah. Itulah sebabnya, mengapa banyak masyarakat yang berminat. Para pengrajin juga sangat banyak, walaupun pekerjaan ini cukup beresiko. Apalagi semuanya serba manual dan prosesnya tanpa pengaman.
Sekali lagi, bila kita bandingkan harga batu alam dan batako di Sumba Timur, perbedaanya 2 kali lipat. Tetapi, masyarakat di pedesaan tidak gentar mencaari nafkah dari usaha ini. Mereka seakan tidak peduli dengan banyaknya input yang mereka pakai untuk menghasilkan sebuah hasil karya. Bagi mereka yang paling penting adalah bisa menafkahi hidup keluarga dan memberi manfaat bagi banyak orang.
Mereka ingin mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini tidak sebatas uang kertas yang diterima. Nilai sosial yang ditawarkan lebih bernilai dari segalanya. Saya sangat salut dengan perjuang hidup masyarakat ini.
Waingapu, 26 November 2016
Welhelmus Poek
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H