Lihat ke Halaman Asli

Welhelmus Poek

Foto Pribadi

Hidup dalam Perbedaan, Berbeda dalam Kehidupan

Diperbarui: 18 November 2016   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua itu ada batasnya. Pun demikian, bukan berarti tidak ada kehidupan diseberang sana. Terkadang kita melihat cakrawala sebagai batas kehidupan yang terlihat. Kita lupa bahwa cakrawala itu hanya pertanda batasan penglihatan.

Mengamati berbagai polimik akhir-akhir ini yang melanda Indonesia, banyak opini bertebaran di masyarakat. Tak jarang, banyak orang yang kuatir polimik tersebut bisa "mengancam" keutuhan bangsa. Berbagai upaya dilakukan para pemimpin bangsa, tokoh-tokoh bangsa, anak-anak bangsa untuk tetap menjaga keutuhan bangsa ini. Mereka menyadari bahwa kita ini hidup dalam kemajemukan. Bhineka Tunggal Ika harus dipertahankan sebagai NILAI Indonesia. Pancasila, UUD 45, NKRI semuanya harga mati. Tidak boleh diganggu gugat. Kira-kira itu pesan yang ingin disampaikan.

Mengapa empat pilar utama di atas, seakan menjadi PESAN UTAMA? ya, mungkin situasi saat ini "berpotensi"  merusak tatanan kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat. Upaya-upaya pencegahan segera dilakukan untuk menghindari kehancuran bangsa. 

Tentunya kita tidak ingin menyalahkan berbagai pihak yang memicu setiap polimik. Sebagai negara demokrasi, setiap orang bebas berpendapat. Pun demikian harus ada batasan kewajarannya. Tentunya jika kebebasan itu melampaui batas tersebut dan mengancam kehidupan banyak orang, apalagi keutuhan bangsa dan negara, apakah kita akan membiarkan begitu saja?

Indonesia ini bangsa majemuk. Tidak ada satu dua golongan yang merasa lebih berhak mengatur atau menentukan nasib bangsa ini. Kita semua punya tanggungjawab yang sama membela dan memajukan bangsa ini. Para pahlawan kita, dulu mereka berkorban jiwa raga untuk satu tujuan menyatukan Nusantara. Yang kita kenal saat ini NKRI. Tidak ada sekat primordialisme disana. Yang ada, semuanya anak bangsa yang siap mati untuk kedaulatan bangsa dan negara.

Kita memang hidup dalam berbagai perbedaan. Tapi bukankah ini yang menjadikan negara kita kaya? kaya akan budaya, agama, suku, bahasa. Bukankah karena perbedaan ini, kita adalah bangsa yang hidup dalam sebuah dinamika kehidupan yang indah? bukankah karena berbeda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadikan negara kita menjadi destinasi wisata dan budaya bangsa lain? Berbeda itu indah bung. Hidup dalam perbedaan itu nyaman bro. Kita KAYA bro, sist...

Marilah kita bergandengan tangan. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara. Menjaga kekayaan kita yang berbeda-beda ini. Karena sesungguh dalam sebuah perbedaan, ketika anda berada pada pihak yang memicu sebuah polimik, bukan berarti itu sudah batasnya. Kita harus sadar bahwa, setiap pergerakan menuju "disintegrasi" akan berlanjut, bilamana kita tak mampu meredam egoisme kita. Apakah kita mau menyaksikan disetiap sudut negara ini ada pro kontra yang semakin membara dan merusak kerukunan kita?

Sudahlah...mari dengan kepala dingin, tegakkan dada kita, bahwa kita hidup di NKRI. Negara yang penuh dengan kemajemukan. Negara yang kehidupannya penuh dengan perbedaan. Negara yang kaya perbedaan tetapi MASIH HIDUP bersama.

Jangan karena keegoisan kita, merusak tatanan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Salam Damai




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline