Di bawah teriknya matahari, tak menyurutkan niat mereka untuk menikmati alam Sumba. Peralatan Kamera seakan tak lepas dari genggaman mereka. Niatnya memang untuk mengabadikan setiap moment yang "mungkin" tidak pernah mereka lihat dan rasakan sebelumnya. Mereka sungguh terkesima. Mereka histeris.
Fenomenal, mungkin itu kata yang bisa mengambarkan keindahan Alam Pulau Sumba. Setiap hari, jangankan orang luar, orang lokal pun tak henti-hentinya berburu moment hanya untuk sekedar mengabadikan setiap peristiwa yang diinginkan. Mereka ingin bercerita, bahwa Sumba bukan sekedar memburu keindahan. Ya, ketika semakin banyak orang tertarik datang ke Sumba untuk menceritakan apa yang ingin diceritakan, sebenarnya secara tidak sadar mereka sudah tahu bahwa orang-orang Sumba itu sangat baik dan mulia hatinya. Keindahan alam mencerminkan ketulusan hati penghuninya. Bila saja orang-orang Sumba tidak menghargai Ibu Dunia, bagaimana kita bisa menikmati keindahan tersebut?
Bila kita cermati lebih dalam, pada setiap helai Kain Tradisional Sumba, menyimpan selaksa peristiwa kehidupan masyarakat Sumba. Peristiwa hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam (tumbuhan/hewan) dapat terbaca jelas disana. Tentunya, sebagai pengangum Kain Sumba, janganlah sekiranya kita merasa memiliki kain tersebut, tanpa tahu apa dibaliknya. Disana banyak cerita. Cerita yang akan megantar anda menuju sebuah kehidupan yang lebih pluralis. Anda akan tahu bagaimana menghormati, menghargai sesama dan alam. Anda akan dengan mudah melebur dalam kehidupan masyarakat setempat.
Sumba memang selalu ada ceritanya. Seakan tak pernah habis. Anda bisa merasa terhormat di tempat yang terhormat, tatkala anda menghargai budaya masyarakat setempat. Kemana pun kamu melangkah, pintu itu selalu terbuka untukmu. Senyum itu selalu datang dan menyapa.
Waingapu, 18 Oktober 2016
***Welhelmus Poek***
*Foto Dokumentasi Pribadi