Lihat ke Halaman Asli

Grazie, Signore Zanetti

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Javier Zanetti, bagi pecinta sepak bola terutama bagi interisti tentu saja sangat mengenal nama tersebut. ya,salah satu pemain terhebat yang pernah ada. Dan pada tanggal 10-05-2014 , dia mejalankan pertandingannya yang terakhir bersama inter dan menjadi lebih berkesan lagi dilaga tersebut, Inter sukses mencukur Lazio dengan skor 4-1. Sang kapten pun telah resmi pensiun. Meninggalkan dunia yang sangat amat dia cintai. 19 tahun sudah dia telah mencurahkan segalanya, mulai dari kemampuannya hingga determinasinya yang sangat luar biasa. Dan tentu Zanetti juga telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan karir panjangnya sebagai seorang pesepak bola. 19 tahun dia lalui hanya dengan satu klub, yaitu Internazionale Milano, klub yang sekarang dipimpin oleh pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir. Tentu saja pencapaian Zanetti tersebut sangat luar biasa, 19 tahun dilalui hanya dengan 1 klub, Zanetti juga menyamai pencapaian legenda - legenda di klub lainnya, seperti Maldini di Milan atau pun Giggs Di MU.

Sosok Zanetti

Javier Adelmar Zanetti itulah nama lengkapnya. Zanetti lahir pada tanggal 10 Agustus 1973 di Buenos Aires, Argentina. Memulai karir profesional di Talleres RE pada tahun 1992. Zanetti muda menghabiskan satu musim Talleres RE dengan caps 33 kali penampilan dan mencetak satu gol.  semusim berselang, Zanetti hijrah Banfield, dua musim Zanetti memperkuat Banfield dengan total penampilan sebanyak 66 kali dan mencetak 4 gol. Pada tahun 1995, Zanetti memutuskan untuk pindah ke Italia, untuk memperkuat Internazionale, di Klub inilah Zanetti menunjukkan bahwa dia adalah salah satu pesepak bola hebat yang pernah ada.

Karir dan perjalanan panjang Zanetti

Setelah menempah sklill di Liga Argentina, pada tahun 1995 Zanetti memutuskan untuk hijrah ke Liga Italia. Uniknya, Zanetti adalah pembelian pertama Massimo Moratti yang kala itu baru menjabat menjadi Presiden Inter menggantikan Ersento Pellgerini. Dengan penuh keyakinan, Moratti berkata bahwa Zanetti akan menjadi pemain hebat. " pandangan saya tak salah, di beberapa musim kemudian, dia akan menjadi pemain besar" ujar Moratti kala itu. Tanpa menunggu lama, Zanetti langsung melakukan debutnya bersama inter  di pekan perdana Seri melawan Vicenza dan tentu berbuah manis, inter menang dengan skor 1 - 0 dikandang sendiri, yang nama gol semata wayang itu di cetak oleh Roberto Carlos. Awal kedatangannya di Inter, Zanetti bermain dengan nama - nama tenar seperti Giusseppe Bergomi, Gianluca Pagliuca, Nicola Berti dan Marco Barca juga dari legiun asing Inter saat itu ada nama Paul Ince dan Roberto Carlos. Dibawah komado Roy Hogdson kala itu, Zanetti dimusim perdananya bersama inter menempati peringkat 7. Pada saat itu Zanetti merasa amat senang karena dia bisa bermain dengan pemain - pemain hebat tersebut. Bergomi pun telah memiliki keyakinan bahwa Zanetti akan menjadi pemain besar Inter. " saya tak pernah sangsi atas kemampuannya. Pertama kali saya melihat, sudah tidak diragukan lagi bahwa pemain ini nantinya akan menjadi legenda besar inter” Ujar Bergomi.

Dua musim berselang, tepatnya di musim 1997/1998 dibawah komando Luigi Simioni, Zanetti sukses merengkuh tropi pertamanya bersama Inter, yaitu gelar Piala UEFA. Ini tropi pertama Zanetti bersama Inter, yang lebih spesial lagi, Zanetti turut mencetak gol di laga tersebut yang mana laga tersebut mempertemukan 2 tim asal Italia, yaitu Inter Vs Lazio. Dimana laga tersebut dimainkan dimainkan di Parc des Princes Paris pada tanggal 6 Mei 1998 yang berkesudahan dengan skro 3 - 0 untuk Inter. Pada Juni 98 juga menjadi momen bersejarah bagi Zanetti, yang mana di Tahun tersebut kembali diadakan hajatan besar kejuaraan Sepak bola terbesar sejagat, yaitu Piala Dunia 1998 yang diadakan di Prancis dan Zanetti mendapatkan tiket emas untuk memperkuat Argentina, negara leluhurnya yang amat dia cinta. Dibawah arahan Daniel Pasarella dan pemain besar lainnya seperti Juan Sebastian Veron, Diego Simeone dan Gabriel Batistuta. Perjalanan Zanetti cs bersama timnas Argentina di Prancis 98 harus terhenti sampai babak 8 besar karena Argentina disingkirkan oleh Belanda. Sebernarnya, dimusim tersebut Inter bisa saja meraih Scudetto, namun terjadi “kontroversi” dilaga akhir dan memaksa Inter menjadi Runner Up dan Inter hanya mendapatkan piala UEFA.

Seperti halnya manusia yang menjalani kehidupan, sudah tentu ada masa pasang surutnya, begitu juga dengan Zanetti. Setelah musim 97/98, bisa dikatakan sebagai musim yang “gelap” bagi Inter dan Zanetti. Banyak pemain bintang yang datang ke Inter, sebut saja Ronaldo, Roberto Baggio, Laurent Blanc, Vieri, Djorkaeff, begitu juga dengan pelatih, bahkan Marcelo Lippi pun didatangkan guna mendongkrak prestasi inter, namun apa mau dikata Lippi pun gagal mengangkat prestasi inter.

Disinilah Zanetti menunjukkan totalitas dan loyalitasnya kepada Inter. Pada musim 1999/2000, dua raksasa la liga, Real Madrid dan Barcelona sangat ngebet ingin memboyong Zanetti. Bahkan Roberto Carlos meminta langsung kepada Zanetti untuk meninggalkan inter dan pindah ke el Real, namun permintaan itu ditolak oleh Zanetti dan ia memutuskan tetap bertahan di Inter. Sebagai balasannya karena kecintaannya yang luar biasa untuk Inter, pada musim 1999/2000 Zanetti ditunjuk menjadi kapten tim menggantikan Bergomi yang memutuskan pensiun setelah memperkuat inter selama 20 tahun.

Musim yang berat pun harus Zanetti hadapi, enam musim bersama Inter gagal meraih satu gelar pun. Titik balik Zanetti bersama inter terjadi pada musim 04/05 dibawah sang nahkoda Roberto Mancini dan seolah seluruh piala tidak bisa lepas dari genggama Zanetti bersama, pada musim 04/05 Inter sukses merengkuh tropi Coppa Italy. Inilah tropi kedua yang diraih oleh Zanetti bersama Inter. Jelang pembukaan seri A musim 05/06, Zanetti kembali meraih tropi berikutnya, Zanetti sukses meraih tropi Super Italia dengan mengalahkan Juventus yang merupakan jawara seria pada musim 04/05. Di tahun 05/06 pun kembali bersama Inter, Zanetti sukses, mempertahankan titel Coppa Italia. Mungkin pada musim 05/06 ini merupakan puncak kejayaan Zanetti bersama Inter. Skandal panas yang menjadi noada hitam sepak bola Italia pun mencuat. Kasus yang terkenal dengan istilah “calcipoli” itu memberikan dampak bagi Inter. Inter dinobatkan sebagai “juara” pada musim tersebut. Juventus, sebagai aktor utama dalam skalndal tersebut harus rela kehilangan gelar dan dipaksa turun kasta dan harus rela menyerahkan gelar mereka kepada Inter, yang mana sebernanya pada musim tersebut inter berada diurutan ketiga.

Maka, dimulailah kedigdayaan Zanetti bersama Inter, lima musim berturut - turut tanpa putus dimulai dari musim 2005/2006 sampai 2009/2010, Zanetti sukses meraih scudetto bersama. Begitu juga di Coppa Italia, Zanetti sukses meraih 4 piala Italia dan juga meraih 4 tropi piala super Italia. Momen yang takkan bisa Zanetti lupa bersama Inter adalah keberhasilannya meraih treble winners dan sukses mengangkat tropi yang selalu ia idamkan yaitu tropi Liga Champion. Dibawah arahan pelatih kharismatik, Jose Mourinho, bersama inter Zanetti mendapatkan seluruh tropi disemua ajang yang diikuti. Berkuasa di Seri A, digdaya di Coppa Italia dan berjaya di Liga Champion.

Pasca sukses meraih treble dan hengkangnya Jose Mourinho dari Giuseppe Meazza, membuat Inter seolah - olah kehilangan tajinya. Rafael Benitez masuk menggantikan Mourinho pada Juli 2010. Benitez hanya bertahan setengah musim karena pada Desember 2010 ia didepak dari kursi kepelatihan Inter. Memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan para pemain dan juga belum bisa beradaptasi yang dengan sepak bola Italia dan yang pasti, ekpektasi yang begitu besar yang harus diterima Benitez paska kesuksekan meraih treble winner membuat ia tidak kuat menanggung beban yang begitu besar hingga memaksanya lengser dari kursi kepelatihan inter yang ia pegang hanya 6 bulan. Walaupun demikian, 6 bulan kebersamaannya bersama Inter, ia sukses membawa Inter juara super Italia dan juara piala dunia antar klub pada tahun 2010. Pada Januari 2011 Leonardo masuk menggantikan Benitez. Sama seperti hal dengan Benitez, Leo hanya bertahan setengah musim di Inter. Inter gagal meraih scudetto dan hanya meraih Coppa Italia 2011.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline