Menggali Potensi IK-CEPA: Memperkuat Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan
Seiring perkembangan ekonomi dunia, kerja sama antarnegara kian penting untuk menghadapi tantangan global. Indonesia dan Korea Selatan, dua kekuatan ekonomi di Asia, terus memperdalam hubungan ekonomi mereka.
Salah satu langkah besar yang ditempuh adalah melalui Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) yang resmi diterapkan pada Januari 2023. Kerja sama ini diharapkan menjadi pemacu pertumbuhan ekonomi kedua negara, terutama dalam perdagangan, investasi, dan transfer teknologi.
Mengapa IK-CEPA Dibutuhkan?
Sejak 2000-an, kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan terus berkembang. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menawarkan pasar yang besar dan kaya akan sumber daya alam, sementara Korea Selatan, salah satu negara industri terkemuka di Asia, memiliki kekuatan di bidang teknologi dan manufaktur.
Selama bertahun-tahun, kedua negara telah membangun hubungan melalui investasi di sektor-sektor penting seperti elektronik, infrastruktur, dan energi. Perusahaan-perusahaan besar Korea Selatan, seperti Samsung dan Hyundai, telah berinvestasi besar-besaran di Indonesia.
Namun, meskipun hubungan ini berkembang, ada berbagai kendala yang menghambat aliran perdagangan dan investasi. Tantangan seperti perbedaan regulasi, hambatan tarif, dan kesenjangan kapasitas produksi masih menjadi penghalang bagi kerja sama yang lebih erat.
Di sinilah IK-CEPA berperan penting. Perjanjian ini bertujuan untuk mengatasi berbagai kendala tersebut dengan menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih terbuka dan efisien.
IK-CEPA: Mendorong Pertumbuhan Perdagangan Bilateral
Salah satu dampak langsung dari IK-CEPA adalah peningkatan perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan sejak diberlakukannya perjanjian ini pada Januari 2023. Data dari Kementerian Perdagangan Indonesia menunjukkan bahwa, dibandingkan tahun sebelumnya, ekspor Indonesia ke Korea Selatan mengalami peningkatan signifikan sebesar 19,57%, terutama pada komoditas seperti bahan bakar mineral, besi, dan baja.
Sebaliknya, impor dari Korea Selatan juga naik 10,18%, dengan produk utama berupa mesin dan peralatan listrik.