Lihat ke Halaman Asli

Weinata Sairin

Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Bahasa Itu Powerful

Diperbarui: 24 Desember 2022   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BAHASA ITU
POWERFUL

seorang kakek penderita komorbid
naik emosinya
di loket pembayaran sebuah rsud
kamis sore
bu kok pembayaran rawat inap semalam bisa semahal ini?
kata sang kakek
seorang ibu paruhbaya menjelaskan dengan tenang
dan sabar kepada sang kakek
itu ada biaya alat
karena bapak menggunakan oksigen
dan nebulizer
agar bapak tidak sesak nafas
itu ada biaya tin dakan
karena dokter melakukan berbagai.tindakan sehingga  pneumoni bapak
tidak.makin parah
sang kakek reda emosinya
lalu membayar sekian juta
kewajiban yang mesti ia penuhi
di rsud itu
dana pinjaman dari pinjol
habis semuanya digunakan
untuk membayar biaya perawatan dan rawat inap
di rsud itu

bahasa Indonesia memang memiliki makna konotatif
di berbagai sektor kehidupan
kata "tindakan" atau "biaya alat"
di rumah sakit
itu berarti uang pembayaran
di zaman orba
ada beberapa kata produk penguasa
yang realitasnya bisa amat menakutkan
misalnya kata "diamankan"
itu berarti seseorang ditangkap atau diciduk kemudian bisa ditahan tanpa proses hukum yang standar
kata " disukabumikan"
artinya seseora g yang dianggap subversib ditangkap dimasukkan dalam karung lalu diangkut ke sukabumi selatan
di cemplungkan
dilaut lalu selesai

bahasa itu berkembang dari zaman kezaman
kaum milenial
juga mencipta bahasanya sendiri

ada bahasa isyarat
bahasa sandi
bahasa tubuh
di sebuah persidangan
kata "hajar"
bisa berarti "bunuh" atau "tembak"
dikalamgan milenial
muncul kata-kata
" cuan", "bucin", "bestie", "b aja"
"halu" ,"gercep", "halu","mager"
dan sebagainya

bahasa
akronim
akan terus berkembang seiring dengan perkembngan zaman
yang harus dijaga dalam perkmbangan bahasa dan pembuatan akronim itu tetap elegan, menghargai manusia
tidak menodai agama-agama
dan memuliakan nama Tuhan
kita juga jangan mepmperkosa atau mempolitisasi bahasa
misalnya seorang pejabat publik mengimbau agar umat tidak merayakan natal dengan hura-hura
lalu yang viral di medsos adalah
"pejabat melarang perayaan natal"
kita mesti memfungsikan bahasa sebagai alat komunikasi!

Jakarta,23 Desember 2022/pk.3.55
Weinata Sairin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline