HUJAN MENJELANG PAGI
hujan rintik jatuh menikam bumi
diujung mimpi yang belum usai
rasa dingin
menusuk tubuh renta
rasa taknyaman
mendera diri
hujan selalu
mengusung
berbagai pengalaman masa lalu
ada anyir darah
ada bau kematian
ada banjir mengepung kehidupan
ada tangis
ada air mata
ada sesak
mengoyak dada
di tengah hujan rintik yang mengusap bumi yang makin panas
ku renungi perjalanan 48 tahun
merengkuh pelayanan
aku jatuh bangun
mengemban tugas yang takmudah dan sederhana
kualami kekuatan dari istriku, anak-anak dan seluruh keluarga yang setia menopang
serta tangan kasih Tuhan
yang selalu mengalirkan berkat
sukacita dan pengharapan
sampai di sini
Tuhan menolong aku dan keluargaku
dalam fisik yang taklagi kukuh
teguh
perkasa
kutetap rindu
melayani Tuhan
dalam bentuk-bentuk baru yang sepadan
dengan keadaan
pelayanan yang
resmi diawali
7 november 1974 di cimahi
akan terus berlanjut
hingga maut
merenggut
hingga maut
menjemput
Tuhan,
tuntun langkahku
menebar kasihMu
memberi kesegaran bagi
bumi yang makin panas
seperti rintik hujan
yang meneteskan air
tiada henti.
Jakarta, 7 November 2022/pk.4.24
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H