ADA RATAP TANGIS TATKALA GERIMIS
siang ini mentari taknampak menampilkan teriknya
yang panas membakar
siang ini awan hitam menggantung
dilangit kelam
lalu gerimis menetes membasahi
lorong-lorong kehidupan
di zaman pandemi seperti ini
ketika corona melahirkan banyak denominasi
yang lebih dahsyat
dan membinasakan
ratap tangis
acap terdengar miris
menggetarkan nurani
ratap tangis melantun pedih
dari banyak tempat
dari rumah sakit
dari tempat pemakaman
dari rumah duka
dari beragam tempat lainnya
ratap tangis
terasa menyayat tubuh fana
seorang bocah
menangis histeris di depan tpu
karena ayah dan ibunya
baru saja dihabisi omicron
tanpa sempat
dibawa ke rumah sakit
ada juga emak-emak yang menangis
meraung-raung
karena dagangannya bangkrut
akibat kelangkaan
minyak goreng
saat gerimis turun membasahi bumi
ada ratap tangis mengalun melas dari ruang-ruang kehidupan
tapi taksemua orang peduli
pada ratap tangis anak-anak bangsa
mungkin mereka sibuk
mengatur strategi menuju 2024
atau mencari
proyek baru dalam konteks ikn
atau mencari backing kuat agar dpo bisa diperpanjang
atau sibuk menunggu reshuffle
gerimis masih juga meneteskan air dari langit kelabu
bisa panjang dan lama gerimis seperti ini
kita semua mesti sabar tinggal dirumah
menikmati gerimis
sambil melawan omicron dengan prokes ketat
kita harus berempati terhadap anak bangsa yang terus meratap
tanpa henti
apapun penyebabnya
agama-agama
harus bergerak
cepat menolong warga bangsa
agar mereka berhenti menangis
lalu melakukan tindakan
membebaskan diri dari derita
agama-agama takboleh terbelenggu pada sikap verbal-tekstual
tapi menjadi komunitas yang bergerak
demi kemaslahatan
seluruh warga bangsa.
Jakarta,8 Februari 2022/pk.12.52
Weinata Sairin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI