HUJAN TURUN DINIHARI
hujan turun dini hari
ketika para lansia di mabuk insomnia
belum mampu
memejamkan mata
mereka tergeletak di ranjang usang
dengan mata kering
memori masalampau
berdesakdesakan menguras memori lemot
lalu keringat dingin
melumuri tubuh uzur
hujan turun dini hari durasinya lama
tiada menentu
hingga lantunan azan
subuh
hujan masih meneteskan air hitamkelam
membasahi hidup yang gersang nir masa depan
merendam hati
yang terbelah
tergores sejuta
gumulan hidup
hidup
makin redup
hujan turun dini hari
kadang membuat tubuh
dingin menggigil
nafas taklega
tenggorokan gatal
vertigo
menohok pelan
lalu banyak yang bertanya
itukah omicron
yang dengan senyap
selalu bernafsu
membunuh siapa saja?
takseorangpun
bisa menjawab
persis definitif
google dan hallodok takmemberi
kepuasan jawab
hujan turun dini hari
acap menghadirkan segumpal tanya
kapan pandemi berakhir?
virus-virus ini yang menguasai dunia
apakah mereka
topeng-topeng
atau instrumen
ideologis politis?
apakah ini salahsatu bentuk
peringatan ilahi
atas kebobrokan dunia global?
hujan turun dini hari
belum juga reda hingga rembang pagi
kita umat beragama
terus berdoa makin khusuk kepada Tuhan
agar derita dunia segera berakhir
kita jenuh menenggak paracetamol, avigan, bermacam vitamin dan antibiotik
bahkan sewaktu-waktu
obat-obat antidepresan
kita lahap
saja dengan tenang
Tuhan
selamatkan bangsa kami
ampuni kami
kasihani kami
jadikan tetes-tetes hujan
menjadi sumber berkat bagi kami!
Jakarta,7 Februari 2022/pk 5.30
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H