KUTATAP DALAM RATAP
kutatap dari kejauhan dengan luka yang terasa pedih mengiris
kupandang dari lokasi berbeda
dalam luka yang menganga
kusaksikan lewat
fasilitas komunikasi
bersama banyak orang di berbagai tempat
proses-proses tatkala jenazah suamiku masuk
keliang lahat
kutatap dalam ratap
ambulan putih
tiba di area pemakaman
beberapa petugas
dengan apd mengusung peti jenazah meletakkannya perlahan di tepi
lubang pemakaman
dan sesudah ritual keagamaan yang singkat mengharukan
peti jenazah dimasukkan ke lubang pemakaman
yang dari tanah
kembali kepada tanah
yang berasal dari Allah kembali kepada Allah
tiba-tiba terasa kumakin
di amuk sendu
kubayangkan nanti
betapa sepinya hidup ini
betapa terjalnya
jalan yang akan kutempuh
tiada lagi tanganlembut lelaki tegap memapah langkahku menyebrangi samudera kehidupan penuh turbulensi dan gelombang dahsyat
takada lagi bisik penguatan tatkala hidupku menjalani pengalaman empirik mencekik
ya tiada lagi
semuanya selesai
semuanya terjadi begitu cepat
kutatap dalam ratap
ia yang pergi dalam iman kukuh mantap
ku yakin ia akan menghidupi keabadian
bersama Sang Bapa
ya Tuhanku Engkaulah gunung batuku
Engkaulah tempat perlindunganku turun temurun
banyak orang meninggalkan aku
tetapi Engkau akan terus hadir
menghidupi hidupku
selamanya
selamanya
Jakarta, 3 Juli 2021/pk 4.25
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H