ANDAI-ANDAI
sehari penuh televisi berulang-ulang menayangkan rumah sakit penuh sesak
pasien covid 19 dirawat di tenda darurat di depan rumah sakit
ada juga yang mengamuk karena
belum di vaksin
sehari suntuk televisi memberitakan ppkm, lock down,
pasien terpapar covid 19 makin bertambah banyak
berita-berita tentang tingkah laku covid 19 yang dengan arogan mencabut nyawa manusia tanpa memandang bulu
tayangan sinetron
bertema pelakor,dendam kesumat, buku harian seorang opah
kesemuanya mempunyai rating
tertinggi
terkadang ada rasa muak dan jenuh menghadapi layar televisi
dengan cerita covid 19 dan sinetron pelakor
seiring rembang senja yang jatuh
dari langit lembayung
kududuk termenung di beranda depan
mentari nyaris terbenam di peluk senja temaram
semilir angin lembut
menyibak rambutku yang berangkat panjang
kumenerawang dan berandai-andai
andai covid-19 bersama semua variannya solid
menyerbu negeri ini
mampukah bangsa ini bertahan hidup
dengan prokes, 5 m, ppkm, lock down dan sebagainya
masihkah bisa jenazah-jenazah itu dimakamkan dengan standar di setiap tpu
pabila tubuhku yang mengandung komorbid
tiba-tiba terkulai lunglai
terpapar menggelepar
takbernyawa
Tuhan kupastikan akan menyambutku penuh kasih di rumah keabadian
sambil berfirman:
"masuklah wahai hambaKu, disinilah
pengabdianmu berlanjut
dalam keabadian
yang utuhpenuh dan sempurna!
Jakarta, 26 Juni 2021/pk 15.28
Weinata Sairin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H